Kritikus seni atau ialah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni orang lain atau dirinya sendiri (self-critic).
Idealnya seorang kritikus harus memiliki ketajaman dan sensibilitas
indera, pikiran dan perasaan. Ketajaman dan sensibilitas tersebut
terintegrasi dalam satu kapasitas reasoning dan creative, jika dilandasi
:
- keilmuan dan pengetahuan yang relevan;
- pengalaman yang memadai dalam dunia pergaulan materi kritik ;
- menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif);
- menguasai aplikasi metoda kritik yang optimal.
Seorang
pekritik seni rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu
kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam
mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai
prasyarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang pekritik seni rupa.
Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah )
hingga fenomena seni rupa masa kini akan memberi warna yang serasi
bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan
membandingkan kekaryaan seni rupa antar berbagai keberadaan seni rupa
sangat membantu memperluas dan memperkaya cakrawala kritik.
Sering
dijumpai seorang kritikus seni lukis, misalnya, yang mengupas karya
seni lukis, tetapi kupasannya memberikan gambaran yang keliru. Hal ini
umumnya disebabkan oleh faktor pengalaman, pengetahuan dan wawasan yang
kurang memadai. Tidak mungkin seseorang mengkritik lukisan, jika ia
tidak mengetahui medium lukis, proses melukis, dan sebagainya.
Menggeluti dunia sasaran kritik merupakan tugas seorang pekritik. Tidak
hanya memahami kekaryaannya, pekritik juga sebaiknya memahami pikiran,
perasaan seniman penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak
lepas dari pengamatan pekritik.
Media
kritik yang utama adalah bahasa. Bahasa pekritik harus efektif dan
komunikatif, baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang efektif adalah
bahasa yang mengacu pada aspek tata bahasa yang baik dan benar, serta
tepat guna, sesuai sasaran publik yang kita tuju. Bahasa yang
komunikatif adalah bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran baca/dengar (audiens),
sesuai tingkat intelektualnya. Gaya bahasa kritikus diselaraskan
dengan tipe kritiknya. Gaya bahasa jurnalistik akan berbeda dengan tipe
akademik. gaya jurnalistik memiliki sasaran pembaca yang relatif
meluas, beraneka latar belekang ilmu dan tingkat intelektualnya.
Sedangkan tipe akademik memerlukan gaya yang lebih ilmiah, sebab
sasaran pembaca/pendengarnya adalah sekelompok orang akademisi.
Metoda
kritik adalah serangkaian prosedur (tata cara, etika) yang disesuaikan
dengan tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik jurnalistik menggunakan
tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik menggunakan tata
cara akademis yang dikembangkannya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seni Rupa
dengan judul "KRITIKUS SENI". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sen1budaya.blogspot.com/2013/08/kritikus-seni.html
thanks
ReplyDeleteterima kasiiiiiih
ReplyDeletesemoga bermanfat buat anda
DeleteTerimakasih ilmunya
ReplyDeletehttps://discord.gg/u4VYDCAm
ReplyDelete