SEJARAH
TENUN
Asal mula penemuan teknik tenun diilhami
oleh sarang laba-laba. Sejak
saat itu penguasa Mesir di tahun 2500 SM memerintahkan rakyatnya untuk membuat
bentuk yang serupa untuk membuat busana para bangsawan pada saat itu.
Tenun ikat mulai diperkenalkan ke Eropa sektar tahun 1880
oleh Prof. A.R Hein dengan nama Ikatten. sejak itu nama “ikat” menjadi populer di manca Negara
sebagai sebuah istilah internasional untuk menyebut jenis tenunan dengan
menggunakan tehnik ini.
Mahatma Gandhi seorang tokoh masyarakat di India; membuat
sendiri pakaian sederhana yang dikenakannya dengan menenun dengan alat tenun
bukan mesin; sebagai sebuah propaganda kepada rakyatnya agar melakukan gerakan
Swadesi, yaitu membuat barang-barang produksi negaranya sendiri dan menolak
hasil dan barang dari
Negara lain (Inggris).
Mahatma Gandhi menenun
Pada zaman dahulu, menurut Warming dan
Gaworski tenunan dengan desain ikat pakan diterapkan di Indonesia yang dibawa
oleh pedagang Islam India dan Arab ke Sumatera dan Jawa.
Terutama di daerah yang telah kontak dengan islam dan
letaknya strategis penting bagi lalu lintas perdagangan. Pada
saat itulah awal mulanya berkembang seni tenun yang menggunakan sutera dan
benang emas ini.
Gittinger menambahkan bahwa daerah yang
menghasilkan tenunan dengan desain benang emas dan perak terdapat di daerah
yang membuat desain ikat pakan dan mempergunakan benang sutera.
Daerah itu diantaranya Sumatera dan kepulauan Riau. Bahkan di Palembang sejak abad ke-15 telah
ditanam pohon murbei dan peternakan ulat sutera.
PENGERTIAN
TENUN
Tenun merupakan hasil kerajinan manusia di atas kain yang
terbuat dari benang, serat kayu, kapas, sutera dll dengan cara
memasukkan benang pakan secara melintang pada benang yang membujur atau lungsi.
Kualitas sebuah tenunan biasanya tergantung pada bahan dasar,
motif, keindahan tata warna, ragam hiasnya. Seni tenun
ini berkaitan dengan budaya, kepercayaan, lingkungan, pengetahuan dll.
Tenun yang berkembang di Sumatera
khususnya memiliki kreasi baru dalam desain serta penggunaan bahan emas dan
perak khususnya benang sutera dan benang kapas. Kadangkala ditambahi dengan aplikasi, manik-manik dan kaca. Secara keseluruhan tenunan yang kompleks, rumit dan indah dengan
kemilau benang emas dipadu dengan sutra menjadi warna yang hidup, agung dan
bergairah. Namun selain penggunaan benang sutera, kapas/katun, juga
ada yang menggunakan benang sulam, benang sintetis
lain seperti: rayon, benang wol dsb.
KAIN
TENUN SUMATERA
Sebagai sebuah negeri yang kaya dengan
berbagai jenis kain tenun tradisionalnya, maka Sumatera memiliki keragaman yang
sangat variatif antar satu propinsi dengan propinsi lainnya.
Tenun Tapis Lampung, tenun Songket Palembang, Tenun Songket Padang (Pande
Sikek) dan Silungkang, Tenun songket
Jambi serta tenun Riau semuanya dibuat
dengan alat tenun bukan mesin (ATBM); namun satu sama lain memiliki teknik
pengerjaan yang sama dengan motif dan bahan serta ciri khas berbeda-beda.
ATBM jenis Tijak
Songket
Songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan
benang emas atau benang perak dan dihasilkan di daerah daerah tertentu saja;
misalnya: Palembang, Minangkabau dan sebagainya.
Songket adalah
kain yang termasuk dalam brokat /keluarga tekstil . Ini adalah tenunan tangan dalam sutra atau kapas dan rumit, berpola dengan emas atau perak benang. Benang
metalik mencolok dengan kain latar belakang untuk menciptakan efek berkilau.
Dalam proses menjalin benang logam dimasukkan di antara kapas sutra atau pakan (garis lintang) benang.
Desain
pola motif songket ini timbul pada permukaan kain. Ada yang
menghias dan menutup seluruh permukaan kain, ada yang menghias bagian tertentu
dimana motif yang dibentuk menyebar di berbagai bagian dari kain. Ada kombinasi, ada yang menyebar pada satu permukaan kain. Benang yang disongket tersebut disisipkan dengan benang tambahan di
atas maupun di bawah benang lungsi dan benang pakan.
Istilah
kata songket kalau di Palembang berarti Songko yaitu orang yang pertama
menggunakan benang emas itu untuk hiasan ikat kepala. Ikat
kepala itu bernama songko. Kemudian benang emas
dipakai sebagai hiasan pada kain tenun lainnya yaitu kain sarung dan baju
kurung.
Istilah
songket berasal dari Malaysia . Dalam Bahasa Indonesia sungkit berarti "hook". Ini ada hubungannya dengan metode pembuatan songket, untuk hook dan
memilih kelompok benang, dan kemudian slip benang emas di dalamnya.
Berarti menyongket yaitu 'untuk menyulam dengan emas atau perak'
. Benang Songket
merupakan produk mewah tradisional dipakai selama acara-acara seremonial
sebagai sarung , kain bahu
atau ikatan kepala.
Tanjak atau
hiasan kepala Songket yang dikenakan di pengadilan dari kesultanan Malaysia . Secara tradisional
perempuan muslim dan remaja perempuan menenun songket; "beberapa anak
laki-laki dan laki-laki juga menenun ".
Songket sebagai
gaun raja juga disebutkan oleh Abdullah bin Abdul
Kadir
tulisan 1849. -pola tradisional tekstil Sumatera mewujudkan
suatu sistem lambang diinterpretasi.
Di Indonesia, songket
diproduksi di Sumatera , Kalimantan , Bali , Sulawesi , Lombok dan Sumbawa . Di Sumatra pusat produksi songket terkenal
adalah di Minangkabau , Sumatera Barat dan Palembang.
Luar Indonesia, lebih lanjut daerah
produksi meliputi pantai timur Semenanjung Malaysia dan Brunei . Songket tenun secara
historis terkait dengan bidang Malay pemukiman, dan teknik
produksi bisa saja diperkenalkan oleh Arab dan India pedagang. Secara historis, produksi terletak di kerajaan politik yang
signifikan karena tingginya biaya bahan; benang emas yang digunakan adalah
awalnya luka dengan nyata daun emas .
Gedogan
Jenis-jenis
kain tenun songket:
- Kain tenun Siak
- Kain tenun Indragiri
- Kain tenun Bengkalis
- Songket Silungkang
- Songket Palembang
- Songket Pande sikek
- Tenun Tapis Lampung
TENUN
DATAR
Tenun datar merupakan proses persilangan benang lungsi
dan benang pakan berdasarkan pola anyam datar dengan menggunakan alat tenun. Lungsi adalah benang yang panjangnya sejajar vertikal dengan
panjang kain pada saat menenun. Benang pakan adalah
benang yang lebarnya sejajar horizontal dengan lebar kain. Pola anyam
datar ini ini terjadi secara sama dan merata. Karena itu hasil tenunan datar menampilkan permukaan yang rata dan
datar karena meratanya persilangan kedua arah benang tersebut. Penyebaran
tenun datar di Nusantara memiliki kekayaan akan teknik,corak
dan warna.
TEHNIK
TENUN
Teknik tenun datar yang biasa digunakan
untuk menenun adalah teknik tenun ikat. Corak
kain dibuat dengan cara mengikat bagian-bagian
tertentu dari benang hingga warna tidak menyerap pada bagian-bagian tertentu
pada saat pencelupan berlangsung. Bagian yang tidak terwarnai ini akan membentuk corak pada kain ketika kain ditenun.
ALAT
TENUN
Alat tenun yang digunakan yaitu alat tenun
Gedogan dan alat tenun tijak.
Alat tenun gedogan terdiri dari 2 macam
yaitu gedogan berfungsi sinambung dan gedogan berfungsi tak lanjut.
Alat tenun Tijak merupakan bentuk dasar dari sebuah alat
tenun mulai dari ATBM sampai dengan mesin tenun modern. Ada juga alat Tenun kartu yakni alat tenun yang menggunakan
kartu-kartu yang diberi lubang jenis tenunan ini khusus untuk membuat kain
berukuran sempit seperti sabuk, pita hiasan dll.
TENUN
IKAT
Tenun ikat adalah proses
penenunan benang-benang yang telah diberi corak. Bersamaan
pada saat kain ditenun corakpun muncul di permukaan. Caranya
adalah benang direntangkan pada alat perentang sambil memastikan posisi posisi,
warna, ukuran dan corak. Perentangan dibuat sama
dengan lebar atau panjang kain. Bagian yang akan
diberi warna sesuai corak dan diikat perkelompok benang.
Benang yang sudah selesai diikat
kemudian dilepas dari rentangan dan dicelup dalam zat pewarna.
Setelah pencelupan, benang dikeringkan,ikatan dibuka.
Ketika ikatan dibuka,bagian yang terikat tidak yang
terikat tidak berwarna. Tahap berikutnya adalah benang
dipasang sesuai peruntukannya. Benang lungsi dipasang
pada alat tenun, sedangkan benang pakan digulung pada kumparan atau sekoci.
Corak yang dibuat pada kelompok benang searah lebar kain(pakan)
disebut tenun ikat pakan. Corak yang dibuat pada kelompok
benang lungsi disebut tenun ikat lungsi. Adapun dari
keduanya disebut tenun ikat ganda.
JENIS-JENIS
TENUN IKAT
1. TENUN IKAT LUNGSI
Tenun ikat lungsi adalah kain yang coraknya dibuat pada benang lungsi.urutan pembuatan kain tenun ikat lungsi adalah:
1. TENUN IKAT LUNGSI
Tenun ikat lungsi adalah kain yang coraknya dibuat pada benang lungsi.urutan pembuatan kain tenun ikat lungsi adalah:
- Membentang benang lungsi pada alat perentang.kemudian benang diberi tanda pada bagian-bagian yang akan diikat sesuai dengan corak.
- Mengikat benang lungsi yang sudah ditandai
- Mencelup dalam larutan warna benang yang sduah dilepas dari bentangan
- Melepaskan ikatan setelah benang kering
- Benang yang sudah bercorak digulung dengan alat penggulung lungsi (BUM) lalu dipasang pada alat tenun.setelah terpasang corak hasil ikatan akan terlihat jelas
- Menenun dengan benang pakan warna polos
2. TEKNIK TENUN IKAT PAKAN
Benang yang diikat adalah benang pakan
yang searah dengan lebar kain. setelah
benang diikat, dicelup dan dikeringkan benang kemudian digulung pada kumparan
atau sekoci yang akan menjalinkannya dengan ada benang lungsi.
- Membentang benang pakan pada alat perentang, kemudian kumpulan benang pakan itu ditandai menurut corak
- Mengikat kumpulan benang pakan yang sudah ditandai
- Melepas kumpulan benang dari bentangan dan mencelupnya dalam larutan warna
- Mengeringkan ikatan benang yang sudah dicelup
- Melepas ikatan
- Menggulung benang yang sudah bercorak pada kumparan
- Menenun benang lungsi warna polos.
3. TENUN IKAT GANDA
Teknik
ikat ini mengikat corak kain pada kumpulan benang lungsi dan benang pakan
sekaligus. Corak terbentuk pada
persilangan antara benang lungsi dan benang pakan tepat pada titik
pertemuannya. Setiap benang bercorak harus bersilang
pada titik yang tepat agar corak dapat muncul.
4. TENUN IKAT KHUSUS/ikat tambahan
Yang dimaksud dengan tenun ikat khusus
yakni adanya pakan tambah (songket) dan lungsi tambah.
Jadi tenun songket merupakan teknik menenun dengan menambahkan bahan lain ke dalam struktur kain. Bahan
tambahan yang digunakan yaitu benang emas. Kain-kain
dengan teknik ini yaitu tenun songket Sumatra Barat, Jambi, Palembang dan Riau.
JENIS
ALAT TENUN
ALAT tenun yang digunakan untuk tenun khusus sama dengan tenun datar yaitu Gedogan, Tijak dan ATBM.
1. GEDOGAN
Gedogan adalah alat tenun yang pada bagian ujungnya diikatkan pada badan penenun. Ujung lainnya dipasang pada bagian rumah atau pohon, oleh karena itu kain yang dihasilkan mempunyai lebar maksimum 80 cm sesuai dengan jangkauan tangan penenun. Penenun dengan gedogan umumnya dilakukan oleh kaum perempuan saat menunggu panen.
1. GEDOGAN
Gedogan adalah alat tenun yang pada bagian ujungnya diikatkan pada badan penenun. Ujung lainnya dipasang pada bagian rumah atau pohon, oleh karena itu kain yang dihasilkan mempunyai lebar maksimum 80 cm sesuai dengan jangkauan tangan penenun. Penenun dengan gedogan umumnya dilakukan oleh kaum perempuan saat menunggu panen.
Alat
tenun Gedogan
ALAT
tenun gedogan ada 2 jenis yitu:
1.
Gedogan lungsi sinambung
2.
Gedogan lungsi tak lanjut/tidak sinambung.
2.
Alat tenun TIJAK
Alat tenun yang dapat berdiri sendiri.
Alat ini memiliki bingkai-bingkai persegi yang mengikat
sejumlah kawat berlubang tempat lewat benang lungsi. Alat tenun ini
dilengkapi dengan seperangkat pedal (tijakan) yang berfungsi untuk menaik-turunkan
bingkai lungsi.
Naik turunnya bingkai-bingkai diperlukan
untuk membuat bukaan diantara susunan benang benang lungsi sehingga benang
pakan dapat lewat dengan mudah. Umumnya
alat tenun Tijak digunakan secara penuh waktu bukan digunakan untuk kegiatan musiman.
Alat ini digunakan untuk membuat kain songket RAGAM HIAS DI KAIN TENUN
Pada umumnya desain motif ragam hias yang diterakan pada
kain dengan songket ini berupa motif: geometris dan stilasi flora dan meander.
Terdapat pula motif binatang tertentu; misalnya: berbagai jenis burung,
reptilia, dan naga. Seperti burung kakak tua, burung merak,
burung phoenix, ayam, itik, motif naga dan sayap burung garuda dsb.
Terdapat pula motif yang merupakan unsur hindu,
misalnya: nekara, motif bunga manggis. Tetapi pada umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur
agama islam.
Bentuk desain geometris menurut
masyarakat Minangkabau bersumber dari alam lingkungannya sendiri.
Misalnya: motif kaluak paku yang berarti: mencerminkan budi pekerti yang luhur,
atau sulur daun pakis, pucuak rebung atau motif tumpal artinya: sifat yang
pandai menyesuaikan diri.
Motif yang digunakan dalam kain tenun
Riau diambil dari lingkungan sehari-hari seperti tumbuhan, hewan dal alam yang
kemudian di stilir menjadi motif yang menarik. Motif asli ini tidak diketahui siapa perancang dan penciptanya.
Jenis-jenis motif antara lain: tampuk manggis, bunga melur, bunga cina, bunga
tanjung, bunga teratai, bunga kecubung, kaluk paku, akar berjalin, pucuk rebung
dll.
Asal
Usul
Silungkang adalah sebuah desa di Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Desa kecil yang luasnya sekitar 4800 hektar ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dalam bidang pertanian (padi dan palawija). Dahulu, hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di daerah sekitarnya saja, tetapi juga ke provinsi lain, malahan sampai ke Pahang (Malaysia).
Dewasa ini pengrajin tenun Songket Silungkang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain saja. Akan tetapi, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja (“hem”), tussor (bahan tenun diagonal), dan taplak meja polos.
Silungkang adalah sebuah desa di Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia. Desa kecil yang luasnya sekitar 4800 hektar ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dalam bidang pertanian (padi dan palawija). Dahulu, hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di daerah sekitarnya saja, tetapi juga ke provinsi lain, malahan sampai ke Pahang (Malaysia).
Dewasa ini pengrajin tenun Songket Silungkang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain saja. Akan tetapi, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja (“hem”), tussor (bahan tenun diagonal), dan taplak meja polos.
Peralatan dan Bahan
Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu.
Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu.
Peralatan
pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut
sebagai “panta”.
Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini
terdiri atas gulungan (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar
tenunan), sisia (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh
benang tenunan), pancukia (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif
songket, dan turak (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang
lain ke benang dasar).
Panta
tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamidangan (tempat khusus untuk
menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang yang berfungsi sebagai
penyangga kayu paso.
Gunanya adalah untuk menggulung kain yang sudah ditenun.
Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya.
Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya.
Perbedaan
inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat
segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan
Pandai Sikek tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah
vermillion), hijau tua, atau biru tua.
Motif ragam hias
Songket Silungkang selain dibentuk dengan benang mas, juga dengan benang
berwarna lainnya. Oleh sebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu:
(1) kain
songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan
(2) kain
songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna
emas.
Kain songket yang motifnya dibuat
dengan benang mas pemasarannya relatif terbatas karena
harganya mahal dan pemakaiannya hanya pada saat ada peristiwa-peristiwa atau
kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: perkawinan, batagakgala (penobatan
penghulu), dan penyambutan tamu-tamu penting.
Sedangkan, kain songket jenis kedua
yang motifnya tidak dibuat dengan benang mas adalah
untuk memenuhi pasaran yang lebih luas karena jenis ini tidak hanya untuk
busana tradisional, tetapi juga untuk bahan kemeja, selendang, taplak meja dan
hiasan dinding.
Sebagai catatan, pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional. Caranya, sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan unsur-unsur lain yang akan menghalangi masuknya zat pewarna. Kemudian, benang diberi zat pemutih (soda abu). Zat itu dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia atau apotek. Setelah itu, benang itu dibagi menjadi beberapa bagian yang kemudian dicelup dengan warna yang diperlukan.
Sebagai catatan, pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional. Caranya, sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan unsur-unsur lain yang akan menghalangi masuknya zat pewarna. Kemudian, benang diberi zat pemutih (soda abu). Zat itu dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia atau apotek. Setelah itu, benang itu dibagi menjadi beberapa bagian yang kemudian dicelup dengan warna yang diperlukan.
Proses selanjutnya adalah
mencelupkan benang tersebut ke air panas (mendidih) yang telah diberi zat pewarna
tertentu (sesuai selera atau pesanan), kemudian dijemur. Saat ini proses
pewarnaan dengan cara-cara tersebut sudah jarang dilakukan sebab penenun dapat
langsung membeli benang-warna yang telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik
tekstil.
Teknik Pembuatan Tenun Songket
Pembuatan tenun songket pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan konstruksi
tenunan rata atau polos. Tahap kedua adalah menenun
bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan.
Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun
seperti ini sebagai “inlayweavingsystem”.
Pada tahap
pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar
dihubungkan ke paso. Posisi benang yang membujur ini oleh
masyarakat Silungkang disebut “benang tagak”.
Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan lagi dengan palapah. Pemasukkan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif mudah karena masih dibantu dengan alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan menginjaksalah satu tijak-panta untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain dasar.
Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang masatau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu.
Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan lagi dengan palapah. Pemasukkan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif mudah karena masih dibantu dengan alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan menginjaksalah satu tijak-panta untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain dasar.
Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang masatau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu.
Konon,
pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang makaoitu harus
dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut
hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan
dibuat. Setelah jalur benang makao itu dibuat dengan
pancukie, maka ruang untuk meletakkan turak itu diperbesar dengan alat yang
disebut palapah. Selanjutnya, benang tersebut
dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.
Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya.
Pembuatan
sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan,
seringkali lebih dari satu bulan karena setiap harinya seorang pengrajin
rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5--10 sentimeter. Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya.
Sebagai catatan, kain songket tidak boleh dilipat, tetapi harus digulung dengan kayu bulat yang berdiameter 5 cm. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar bentuk motifnya tetap bagus dan benang mas-nya tidak putus, sehingga songketnya tetap dalam keadaan baik dan rapi.
Motif Ragam
Hias Tenun Songket Silungkang
Kekayaan alam Minangkabau sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias denganpola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam hias biasanya diberi nama tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun benda-benda yang ada di alam sekitar.
Beberapa nama ragam hias dari Nagari Silungkang antara lain adalah: Bungo Malur, Pucuak Ranggo Patai, Kudo-Kudo, Pucuak Jawa, Pucuak Kelapa, Tigo belah, Kain Balapak Gadang, Bungo Kunyik, Kaluak Paku, Bungo Ambacang, Barantai, Sisiak dan lain-lain. Sedangkan untuk hiasan tepi kain terdapat beberapa nama motif seperti Bungo Tanjung, Lintahu Bapatah, Itiak Pulang Patang, Bareh Diatua, Ula Gerang dan lain-lain. Melihat bentuk ragam hiasnya, kelihatan bahwa ragam hias songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam hias dari Pandai Sikek. Ragam hias Pandai Sikek kelihatan lebih rumit-rumit dan bervariasi.
Selain bersifat menghias, ragam hias kain songket tersebut
juga memiliki makna.
Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal
yaitu “pucuak rabuang”.
Rebung
dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil sudah berguna bagi masyarakat.
Sewaktu rebung masih kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika
telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun
masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang
yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan
berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi
manusia).
NILAI BUDAYA
Tenun Songket Silungkang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya digunakan pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara batagakgala (penobatan penghulu) dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang bagus.
Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah tenun tumpu,kemudian berganti dengan alat yang bernama “Kik”. Kik adalah alat tenun sederhana terbuat dari bahan kayu berukuran
sekitar 1 X 2 meter. Kain ini tidak terlalu lebar maka
untuk menjadi satu sarung harus disambung dua yang disebut kain berkampuh.
Untuk menghasilkan 1 kain diperlukan waktu 3-4 minggu.
Tenun songket Riau seringkali
disebut dengan tenun songket Indragiri. Pada awalnya alat
tenun Indragiri adalah alat tenun Tumpu yang kemudian diganti dengan Kik dan
ATBM. Pada tahun 1992 pemerintah daerah Kabupaten
Indragiri Hulu mengkaji dan mengangkat tenun songket Indragiri.
Dalam perkembangan tenun saat ini sudah tidak digunakan Kik
atau gedokan sebagai alat tenun, digantikan
dengan menggunakan ATBM. Dengan ATBM maka pembuatan
sehelai kain tenun membutuhkan waktu 4 atau 5 hari saja. Dan dipergunakan benang border sebagai pengganti benang emas.
Kerajinan kain tenun songket yang
sangat popular adalah tenun Siak, Bengkalis, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir.
Jenis-jenis
kain tenun songket Riau antara lain:
·
Kain
tenun songket bahan katun
·
Kain
tenun bahan katun dengan variasi benang emas
·
Kain
tenun songket bahan sutera
·
Kain
tenun songket bahan sutera dengan variasi benang emas
·
Kain
tenun lejo(lajur)
·
Kain
tenun pola berkotak-kotak
Pada bagian ujung terdapat gulungan
benang yang sudah diani dengan benang lungsi dan ditarik ke pangkal dengan
terlebih dulu disisipkan melalui gun dan sisir besi. Pada diikatkan ke paku penggulung kain.
Pemasangan benang pakan pada benang
lungsi dimasukkan dari kiri ke kanan melalui sebuah teropong yang dalamnya
terdapat peleting yang melalui celah benang lungsi lalu sisir dihentakkan kea
rah penenun sehingga berbunyi plak-plak tak maka terbentuklah satu garis kain
baru dari persilangan benang lungsi dan pakan.
Keindahan kain tenun
Siak antara lain terletak pada pada perpaduan warna
serta rapat tidaknya susunan benang yang digunakan.pewarna pada benang dapat
dilakukan dengan pencelupan sendiri dengan pilihan yang mudah dan banyak
diperjual belikan di pasaran.
Di dekranasda Riau dikelola unit
pelatihan bagi pengrajin tenun songket Riau. Digunakan alat tenun bukan mesin
beberapa jenis antara lain: Tijak, ATBM yang menggunakan kartu, mesin jaguar. Dengan ATBM yang sudah lebih disesuaikan ini, proses penenunan bisa
dilakukan oleh lebih dari 1 orang, dan pengerjaannya relative lebih cepat.
PENUTUP
Seni tenun di daerah Sumatera sangat
besar pengaruh keragaman seni kain songketnya. Yang khusus
menggunakan benang emas sebagai pakan atau lebih dikenal dengan tenun ikat
khusus atau ikat tambahan. Untuk benang lungsi digunakan bahan sutera,
katun maupun campuran(rayon dll).
Songket Sumatera memiliki kualitas yang baik, dari sisi
penggunaan seratnya dan juga teknik penggunaan ATBM dari yang sederhana Gedogan/kik,
Tijak sampai dengan yang lebih agak modern(jaguar)=bisa
dikerjakan oleh 2 orang sehingga memungkinkan diproduksi lebih cepat(di Riau).
Yang disebut dengan kain tenun disini adalah kain yang
dibuat dengan cara sederhana, tradisional yaitu
dilakukan oleh seorang penenun secara perseorangan. Membuat
atau menenunnya memerlukan waktu khusus antara 3 hari sampai dengan 3/6 bulan.
Lebar kain tenun tidak lebih dari 1 meter dan panjang biasanya sepanjang 1 kain
antara 2 sampai dengan 2,5 meter.
Motif pada benang lungsi diikat pada
bagian seratnya sesuai dengan desain motif yang diinginkan dan dibuat pula pola
motif pada benang pakannya. Sehingga hasil tenun songket ini begitu rumit dari sisi
motif dan cara menenunnya.
Dapat dikatakan bahwa kain tenun Sumatera atau songket,
adalah seni tenun yang sangat tinggi nilainya; sangat berhubungan erat dengan
Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat dalam kegiatan adatnya seringkali
berpakaian menggunakan kain tenun songket; baik untuk kain kebaya, ikat kepala,
sarung, baju teluk belanga,dll
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seni Rupa
dengan judul "TENUN SONGKET ". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sen1budaya.blogspot.com/2013/08/tenun-songket.html
mantap sekali nfonya, lengkap
ReplyDeleteTerimakasih, semoga bermanfaat.
Deleteartikel yang bagus
ReplyDeleteTerimakasih, semoga bermanfaat.
Deletemantab sekali artikelnya gan
ReplyDeleteTerimakasih, semoga bermanfaat.
DeleteMakasih pakk tugas saya akhirnya selesai
ReplyDeleteTerimakasih, semoga bermanfaat.
DeleteThanks for sharing, artikel yang sangat menarik dan bermanfaat.. Anda ingin membeli aneka kain murah untuk membuat baju? Anda bisa memesannya di fitinline.com
ReplyDeleteTerimakasih, semoga bermanfaat.
Deletethanks infonya ga, yuk mampir kesini http://goo.gl/r7FLm5
ReplyDelete