Saturday, November 3, 2012

KUBISME (Bagian 6)


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Kepeloporan seni modern yang telah ditegakkan oleh ketiga tokoh seniman Post Impresionisme memberikan dampak yang kuat terhadap para pengikutnya. Paul Cezanne banyak mengubah alam menjadi obyek yang baru, dengan mendeformasinya menjadi bentuk-bentuk geometris. Pada karyanya The Bathers, kita bisa menyaksikan bagaimana Cezanne berupaya untuk mengubah bentuk wanita-wanita dalam sosok (figur) yang tidak anatomis. Ada upaya mengembalikan bentuk alam itu kepada bentuk dasar geometris, walaupun tidak sepenuhnya. Dasar metode pelukisan obyek seperti itu (gaya Cezanne) akan mengilhami proses kebentukan seni Kubisme yang dikembangkan oleh Picasso dan Braque.
Seperti dikemukakan di atas, bahwa sumber kelahiran Kubisme disebabkan oleh adanya gejala pada karakteristik lukisan para seniman yang berusaha untuk mengubah bentuk alam menjadi bentuk seni dengan pendekatan deformasi dan geometrisasi. Nama Kubisme pada gaya / aliran seni rupa ini diungkapkan oleh para kritikus seni, yang khususnya ditujukan kepada pelukis Pablo Picasso dan George Braque yang mulai tumbuh sekitar tahun 1907 (Thomas, Denis, 1981:48). Untuk pertama kalinya istilah Kubisme dicetuskan sebagai gerakan seni (yang dipublikasikan kepada penikmat umum) yaitu pada pameran Salon des Independents tahun 1911.
Istilah Kubisme bukan berarti bahwa lukisan itu terdiri dari bentuk-bentuk kubus (Inggris: Cubes), tetapi merupakan ―… a certain approach to the problem of painting a three-dimensionall world on a two-dimensional surface
(Sylvester, 1993:225). Teori dalam lukisan Kubisme menitikberatkan kepada pendekatan melukis bentuk dan benda yang berdimensi tiga pada bidang lukisan yang datar. Maka pelukis Kubisme berusaha mengembalikan bentuk benda-benda kepada bentuk dasarnya, yaitu bentuk geometris.
Picasso tumbuh dan berkembang sebagai pelukis Kubisme, selain dipengaruhi aspek kebentukan karya Cezanne, tetapi juga dipengaruhi bentuk-bentuk patung Negro Afrika dan patung antik Iberia di Louvre. Ketertarikannya pada karya seni primitif, bukan karena kemewahan bentuknya, tetapi justru karena lekukan bentuknya yang sederhana.
Pada awalnya Picasso sangat jelas memperlihatkan pengaruh Cezanne dan patung primitif. Untuk hal ini kita bisa melihat karya yang mengejutkan yaitu Les Demoiselles d
Avignon.
Pada beberapa
lukisannya, pengaruh Cezanne terasa sekali terutama pada pencapaian kesan ruang dan volume. Sebab azimat Cezanne cukup kuat dipegang oleh pengikutnya, yang dipublikasikan sekitar tahun 1907, yang berbunyi, ―Deal with nature by means of the cylinders, the sphere, the cubes.”(Sylvester, 1993:256).
Patung primitif Negro Afrika dan patung Iberia diserap pelukis Kubisme dalam hal pelukisan beberapa unsur kebentukan (misalnya bagian-bagian dari kepala) dan pada Kubisme awal, warna pun mempengaruhinya. Kita bisa lihat pada Kubisme awal dan Kubisme analitik, lebih banyak lukisan yang monokromatik. Atau dengan kata lain aspek warna tidak begitu ditonjolkan seperti pada patung primitif. Untuk memperjelas jalinan pemikiran sumber kelahiran Kubisme, dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:
Bagan I





Seniman Kubisme
Catatan Perjalanan Picasso:
Menelusuri rangkaian perkembangan Kubisme di Eropa tidak akan lepas dari pembahasan kita terhadap perjalanan sang maestro seni rupa yaitu Pablo Picasso. Sebagai seorang seniman yang cakap dalam mengungkapkan citra estetik kerupaan., dia tetap konsisten mengabdi dalam dunia seni rupa selama lebih 60 tahun. Selama itu pula singgasana dunia seni rupa, khususnya seni lukis, berjaya di dunia. Picasso ialah seorang berbakat seni yang diwarisi ayahnya. Dia juga ditempa dalam dunia pendidikan seni lukis pertama kali oleh ayahnya (yang waktu itu sebagai seorang ahli gambar di Barcelona).
Picasso, dengan nama lengkapnya, Pablo Ruiz Picasso memasuki dunia pendidikan khususseni lukis pada tahun 1895 di Barcelona. Pada waktu pendidikan itu dia menunjukkan dirinya sebagai seorang berprestasi dan berbakat. Kemudian menyelesaikan kuliah di Akademi Madrid dengan singkat dari tahun 1897 hingga 1898. Pada tahun 1900 dia mengunjungi Paris untuk pertama kalinya dan menetap selama tiga tahun.
Antara tahun 1917 dan 1924 Picasso merancang kostum dan dekor untuk pergelaran ballet Diaghilev. Kemudian menjadi tertarik pada surealisme sekitar tahun 1925, meski tidak pernah menjadi anggota resmi gerakan tersebut. Ketika Perang Dunia II berakhir, Picasso berpindah ke bagian selatan Perancis.
Selama bertahun-tahun di Spanyol lukisan Picasso mengikutio tradisi seni lukis akademis. Akan tetapi pada sekitar tahun 1900 ia mendapat pengaruh Lautrec dan gerakan yang melanda Eropa masa itu, Art Nouveau. Karya ilustrasi dan lukisannya memperlihatkan kesadaran sosial dalam memilih subyek-subyek karyanya. Barangkali hal tersebut sebagian terpengaruh oleh realisme sosial Isidoro Nonell, dengan salah satu contoh karyanya dari tipe ini The Absinthe Drinkers.

Di Paris, Picasso tidak begitu saja mengubah gaya yang sudah dikuasainya semenjak di Barcelona, bahkan selama beberapa tahun memisahkan diri dari kaum avant-garde Paris. Karya-karyanya memperlihatkan kedekatan semangat dengan kelompok Simbolis-sintetis yang diketuai Gauguin pada akhir abad sebelumnya. Muatan sastra diutamakan dalam karyanya dengan gaya yang sangat linier, cenderung mengarah pada kemewahan yang dibuat-buat. Pada karya yang berjudul La Vie (1903), Picasso lebih membangkitkan perasaan daripada mempertajam pemaknaannya. Lukisan allegoris yang menggugah namum tersamar ini mengingatkan pada karya Gauguin. Lukisan-lukisannya dari tahun 1901 hingga 1904 didominasi nada warna biru sehingga masa tersebut dikenal sebagai Periode Biru. Penguasaan garis yang dicapainya pada masa itu terlihat sangat baik seperti pada karya etsanya Les Pauvres (1905).
Pada tahun 1905 Picasso mulai melukis dengan kekuatan baru, gambarnya tidajk dibuat-buat lagi, dan suasana hatinya tidak lagi melankolis. Tema sirkus menjadi subyek favoritnya, dan merah jambu (pink) menggantikan biru sebagai warna dominan, misalnya terlihat pada karya lukisan Family of Saltimbanques.
Selama musim dingin tahun 1906 hinggga 1907 ia tertarik pada bentuk-bentuk patung primitif Negro, Iberia, dan bentuk lain yang memancing perubahan mendasar. Hal ini tampak pada karya Les Demoiselles d‟Avignon yang dilukis selama musim dingin itu, dan merupakan karya terbesarnya pada saat itu. Meski telah dilihat banyak orang, dan umumnya kurang dapat dipahami, karya ini tak pernah dipamerkan hingga tahun 1927. Hal tersebut menunjukkan karrya ini sebagai tonggak penting dalam karir berkeseniannya. Ketertarikan pada patung primitif membawanya pada penyederhanaan bentuk secara radikal, dengan lebih mengutamakan gagasan daripada citra visual subyeknya. Sosok-sosok disederhanakan menjadi bentuk datar, latarnya kaku, beberapa bertopeng wajah besar, dan penampilan ruang sesungguhnya diabaikan. Beberapa muatan sastra yang banyak ditemui pada sketsa-sketsa awalnya menjadi tidak bermanfaat dalam penyelesaian karyanya, perhatian lebih ditekankan pada kualitas kebentukannya.

Picasso menyatakan bahwa patung Iberia ialah sumber penciptaan utama sosok-sosok Demoiselles. Karya-karya berikutnya seperti Dancer with Veils (1907) memperlihatkan secara lebih jelas ketertarikannya pada patung primitif Afrika.
Karya-karya tersebut memang menjadi dasar perkembangan Picasso selanjutnya dalam Kubisme. Dari tahun 1909 hingga pecahnya Perang Dunia II, dia dengan Braque bekerjasama erat mengembangkan pendekatan baru secara radikal dalam melukis.
Pada karya-karya Kubisme awalnya, seperti lanskap yang dilukis di Horta de Ebro pada tahun 1909, Picasso sangat dipengaruhi Cezanne, dia masih mengambil obyek alam sebagai titik tolaknya, namun dianalisis dan direkonstruksi dalam bentuk dasar sederhanayang disesuaikan dengan bidang lukisan. Warnanya diperlembut hingga hampir berkesan monokromatis, sehingga meninggalkan tekanan pada struktur lukisannya.
Selama dua tahun berikutnya komposisi Picasso meningkat rumit dan sukar dipahami, citranya dipecah menjadi bentuk yang lebih kecil, dan hubungan antar bentuk dengan latar belakang menjadi serba membingungkan. Setelah hampir mencapai abstraksi dalam karya – karyanya, seperti The Accordionist ( 1911 ), Picasso – seperti Braque – mulai membuat lukisan yang tidak begitu ambigu lagi. Surat – surat, rincian ilusionistis, dan terutama teknik kolase sebagaimana pada still-life with Chair Caning ( 1912-22 ) merupakan segenap cara mencapai tujuan itu. Pada saat yang sama ia membuat bentuk subyek yang berasal dari bentuk – bentuk piktorial yang lebih baik daripada lukisan awalnya. Pendekatan ini akhirnya dinamakan Kubisme Sintetis.
Selama Perang Dunia I Picasso bekerja sendiri menyempurnakan idiom kubisme dan memperkenalkan kualitas yang lebih meningkat. Ia menggunakan sejumlah pola ( khususnya titik-titik ), warna yang lebih terang dan bentuk berlengkung bebas. Seperti kertas pelapis yang berhias, yang umumnya dibuat dengan komposisi sederhana . Pada saat yang sama ia kembali membuat karya bergaya naturalistis, di antaranya Portrait of Ambroise Vollard (1915), gambar pensil yang menunjukkan apresiasi baru terhadap karya Ingres. Kemudian mungkin didorong saat menetap di Roma pada tahun 1917 - ia mulai melukis figur monumental (serba besar) yang tenang , berkarakter klasik, seperti pada Sleeping Peasants (1919) atau Mother and Child (1921), dan subyek klasik dengan mahluk ajaib centaur dan faun. Lantas sosok menjadi subyek utamanya.
Pada pertengahan tahun 1920-an lukisan Picasso mendekati surealisme dalam aspek spiritnya. Kanvas – kanvasnya bernada gelisah, karakter bentuk – bentuk menjadi metamorfosis dan didiskorsi untuk menekankan sifat emosional yang mengabaikan sisi kewajaran , contohnya adalah The Three Dancers (1925). Gaya ini terus berubah selama bertahun – tahun, sebagai contoh munculnya garis geometris palsu pada The Painter and Model dan konstruksi terbuka seperti rangka tubuh serta bentuk-bentuk biomorfis bebas dalam Projects for a Monument. Pada dasarnya pndekatan Picasso terhadap lukisannya sedikit berubah semenjak itu, meski kekayaan imajinasinya yang luar biasa membawa pada sedikit pengulangan . Katanya, " B― berapa kebiasaan yang kupakai dalam seni janganlah dipandang sebagai sebuah evolusi, melainkan sebagai variasi."
Setelah membuat seri sosok wanita pada tahun 1932 yang bercirikan lengkungan bergelombang yang sensual, Picasso untuk sementara berhenti melukis, dan berkarya grafis dan membuat puisi-puisi surealistis antara tahun 1935 hingga 1937. Salah satu karya terpenting Picasso pada tahun 1930-an adalah karya etsa besar Minotauromachy. Pada karya tersebut dan beberapa lukisan kecil serta etsa lainnya ia mengembangkan simbol-simbol yang lalu dipakai pada Guernica.
Guernica dilukis untuk pemerintahan Kaum Republikan Spanyol untuk memperingati penghancuran kotanya oleh bangsa Jerman. Karya ini ikut dipamerkan di Paviliun Spanyol pada Paris World Fair tahun 1937. Pada karya ini Picasso tidak melukiskan kejadiannya itu sendiri, namun menampilkan ketakutan dan kekejaman perang. Seperti dalam Minotaurochy, citra utamanya adalah banteng yang mewakili ―kekejaman dan kegelapan‖, kuda melambangkan ―rakyat menderita‖, dan wanita dengan lampu. Ukuran mural ini besar, citra ekspresif yang tinggi dinyatakan dengan garis yang mengalir bebas beserta kelembutan nuansa warna abu-abu yang terkendali. Karya ini merupakan satu di antara karya-karya Picasso terbaik.
Beberapa lukisan bertema kekerasan dan kekejaman dibuat setelah Guernica. Contohnya Man With All-day Sucker (1938) yang bentuknya kaku, didistori dan diperjelas garis hitam yang tegas. Picasso melanjutkan gaya ini selama perang Dunia II meski membatasinya dalam membuat lukisan, still-life dan menggunakan warna-warna yang suram.
Seusai perang, saat pindah ke Antibes, gaya Picasso menjadi berkarakter lebih ceria. Terpilih mendesain sebuah mural besar untuk museum di Antibes, ia memilih tema perang dan damai yang berbeda dengan Guernica serta dengan subyek perang seperti pada The Charnel House (1945) dan Massacre of Korea (1951). Pilihan tema ini dalam rangka memodernisasi mitologi tentang berbagai karakter ceria dan fantastis yang diperankan faun, kuda bersayap, dan mahluk-mahluk mitis lainnya.
Picasso pun bersungguh-sungguh mempelajari keramik di vallauris. Karyanya yang sangat imajinatif serta bentuk yang orisinal, terutama perubahan rupa dengan hiasan, memiliki pengaruh yang besar dalam seni tembikar. Karya patungnya juga secara luas berpengaruh. Ia berkarya di bidang ini sebentar-sebentar saja dalam sepanjang hidupnya, dan selalu mengaitkan karya patung dengan lukisannya serta memperluas gagasan secara sederhana ke dalam media trimatra. The Glass of Absinthe adalah contoh pengembangan kolase relief menjadi bentuk patung . patung-patung Picasso patut dicontoh dalam penggunaan bahan yang imajinatif dan kemampuannya dalam menciptakan citra baru yang meyakinkan dari bahan yang tak terduga , contohnya Bull‟s Head (1942-43) yang dibuat dari sadel dan stang sepeda.

Dalam lukisan-lukisannya selama akhir 1950-an, Picasso tertarik secara khusus membuat variasi bebas yang bersifat individual dari adhikarya masa lampau seperti lukisan Velazquez Las Meninas dan Dejeuner sur l‟Herbe karya Manet, yang menunjukkan sekaligus penghargaan tertingginya terhadap tradisi panjang dimasa silam dan kekuatan menafsirkannya.
Catatan singkat Georges Braque dan kubismenya:
Seorang tokoh yang cukup penting, selain Picasso, yang juga turut mendukung kelahiran dan perkembangan seni kubisme ialah Georges Braque. Braque lahir di Argenteuil tahun 1882. Tahun 1890-1900 ia tinggal di Le Havre, kemudian bersekolah di Ecole des Beaux-Arts. Pada usia remaja, dia telah bekerja magang pada ayahnya sebagai seorang dekorator. Pergaulan dengan dunia senirupa,sebenarnya telah digelutinya sejak kecil. Dia sering menghabiskan waktu luangnya di tempat kerja ayahnya.
Ayahnya bekerja sebagai seorang dekorator yang mengerjakan lukisan pemandangan, untuk Salon des Artistes Francais. Secara tidak langsung sang ayah juga turut mendidik Braque dalam hal mengenalkannya berbagai media seni rupa, mulai cat, dan cara penggunaannya, peralatan melukis dan dekorasi , dan hal-hal lain yang berupa pengetahuan yang berhubungan dengan dunia sang ayah. Antara Picasso dan Braque memiliki latar belakang keluarga yang tidak jauh berbeda , dan lingkungan mereka sangat mendorong kedua tokoh senirupa ini tampil menjadi ‖pembesar― dalam kancah perhelatan senirupa dunia.
Braque banyak berteman dengan seniman besar lainnya pada waktu itu, misalnya Francais Ficabia, Marie Maurencin, sampai dia bertemu dengan tokoh-tokoh Impresionisme, seperti Renoir, Monet, cezanne, Van Gogh dan Seurat. Pertemuan dan pengenalan dengan kaum impresionist terjadi pada tahun 1902. Braque melukis banyak dipengaruhi oleh pelukis Impresionisme, terutama oleh Cezanne pada perkembangan akhir impresionisme. lukisan Braque memasuki pra-kubisme pada tahun 1907.

Jika Picasso melukis Demoiselles sebagai kanvas pertama yang bernapaskan kubisme, maka braque menunjukkan karya lukisannya yang berjudul Grand Nu (1907-08). lukisan yang menggambarkan sosok wanita telanjang berbadan besar dan berkesan kokoh ini memperlihatkan adanya kecenderungan baru Braque dalam mengungkapkan idenya tentan wanita. lukisan ini berukuran lebih kecil dibandingkan Demoiselles, yaitu 145,5 x 101,5 cm. Goresan kuat dan blabar pada Grand Nu memberi kesan penyederhanaan bentuk alam yang kuat. Latar yang memiliki kekuatan bidang-bidang lebar bernuansa memberi efek gelap terang yang tidak mengesankan atmosfir nyata. tetapi padalukisannya memiliki ruang misteri yang berdimensi banyak dan solid. Keseluruhan obyek yang tampil berkesan penuh gerak.
Pendekatan Braque lebih puitis dalam mengekspresikan konsep intelektualnya. Warna dan bentuk diolah secara harmonis dalam kesatuan komposisi highly organized. Konsep intelektualitas dengan geometrisasinya mengarah kepada penyederhanaan bentuk yang menuju persepsi ruang jelajah mata yang kompleks. Kompleksitas bentuk dan ruang seakan dipadatkan dengan permainan garis dan bentuk. Braque banyak memulaskan sapuan kuas kasar untuk membuat nuansa warna dan kesan kepejalan suatu bidang geometris. Warna monokromatis yang redup banyak kita dapatkan pada beberapa karyanya, misalnya Landscape (1908). Komposisi Cezanne menjiwai lukisannya. Pada musim panas tahun 1908, Braque berkunjung ke L‘Estaque, suatu tempat yang juga disukai Cezanne, untuk berkarya pemandangan dan alam benda, yang kemudian dipamerkan di galeri Kahnweiler‘s, yang kemudian memperoleh sebutan kubisme. Pada karyanya ini memperlihatkan suatu jenis lukisan yang konseptual, disiplin dan geometris.
Konseptual berarti bahwa lukisannya diciptakan dengan kesadaran logika yang matang, dan dengan perencanaan. Hal ini terlihat pada penataan unsur bentuk teratur dan warna yang harmonis. Disiplin berarti sikap konsekuen dan konsisten dalam menyederhanakan setiap unsur bentuk dalam mendekati bentuk geometris.

Braque senang bereksperimen dalam menggunakan berbagai material dan media untuk berkarya seni. Karya-karya Kubismenya yang menggunakan teknik kolase dengan bahan kertas (papier-colle) dan bahan lain, akan membawa ke tahap kubisme sintetik. Braque yang mencoba berbagai media dalam berkarya lukis, juga dia mulai memanfaatkan bahan metal untuk membuat konstruksi tiga dimensional (patung) dengan pendekatan kubistisnya, kita bisa lihat patungnya yang diberi judul Hymen (1939) dan La Tete de Cheval (1946-9), keduanya dari bahan perunggu (bronze). Patung duduk yang tingginya 76 cm (Hymen) dan 40 cm (La Tete) menunjukkan bahwa besar sekali pengaruh patung primitif negro terhadap karya patung Braque.
Yang perlu digarisbawahi di akhir perjalanan Braque adalah bahwa dia adalah sahabat Picasso yang bekerjasama mengembangkan Kubisme dengan kecenderungan subyektivitas individual yang agak berbeda. Braque lebih konsisten menapaki karir Kubismenya, bahkan eksplorasi dan eksploatasimedia dan tekniknya memperlihatkan konsekuensinya dalam ―bermain bentuk‖.
Tokoh Kubisme yang lain:
Juan Gris, George Braque, Fernand Leger, Metzinger
Kubisme sebagai suatu aliran dan gaya seni lukis mendapat sambutan hangat dari para pengikutnya, seperti Juan Gris. Gris yang lebih muda dari Picasso dan Braque tidak mengawali Kubisme dengan serius, sehingga dia agak terlambat. Kemunculan Gris baru bisa diamati mulai tahun 1912. Kubisme Grismengacu pada konsepsi Picasso dan Braque, namun berkesan lebih linier dan berpotensi abstrak. Namun bentuk dan ruang saling menembus dan tertutup. Seni Gris mengkristalkan sesuatu yang lebih jelas dan terencana. Setiap obyek terbagi dua yaitu secara vertikal dan horisontal, dengan pandangan berbeda pada setiap segmennya. Penggunaan warna berbeda jelas dengan pendahulunya, Picasso dan Braque. Warna Gris lebih deskriptif dan naturalistik. Seorang ahli matematika Maurice Princent, mengatakan bahwa Gris menerapkan teori empat dimensi dalam kebentukan lukisannya. Hal ini menunjukkan bahwa lukisan Kubisme analitiknya bermuatan multi perspektif. Contohnya karya Banjo and Glasses (1912), L‟Homme au Café (1912), Glasses and Newspaper (1914). Pelukis lain yang beraliran Kubisme adalah Leger dan Metzinger, sedangkan tokoh pematung Kubisme di antaranya: Henry Laurens, Constantin Brancusi, Amedio Modigliani, Archipenko, dan Lipchiz.

Analisis Karya Seni Kubisme


Tentang Tema Karya Seni
Tema seni Kubisme cenderung mengungkapkan alam benda, manusia, dan lingkungannya. Tema-tema ini diolah oleh setiap seniman dengan perbedaan visi. Ada seniman yang mengungkapkannya melalui warna, bentuk, garis, dan komposisi keseluruhan.
Pengaruh lingkungan kehidupan sosial, sebelum dan sesudah perang dunia akan terasa pada obyek dan komposisi lukisan Kubisme. Obyek yang merepresentasikan kegelisahan dan penuh simbolis banyak diungkapkan para seniman sebelum perang. Suasana kekacauan kemasyarakatan, ketatanegaraan juga tidak lepas dari perhatian seniman. Ketidaksetujuan seniman terhadap kekejaman dan kekerasan perang muncul pula ke permukaan kanvas sebagai tema pilihannya. Sebagai salah satu contohnya Guernica.
Tema pemain musik dan alat musik banyak diungkapkan oleh para seniman dengan pendekatan kubistis. Obyek dipecah menjadi faset-faset geometris, namun kekhasan karakternya tetap dipelihara, sehingga tema tetap dapat dibaca oleh para pengamat. Penari, Pemain Balet, Pemain Sirkus juga dilukiskan oleh para seniman , terutama pada tahap awal Kubisme. Pada tahap Kubisme Sintetik tema yang diungkapkan sangat sulit diinterpretasi, karena obyek sudah tidak dikenali satu persatu. Yang pada awalnya obyek diuraikan (dianalisis), akhirnya menuju proses abstraksi yang lebih kental,, ditarik pada suatu sintesa, obyek sepertinya dikumpulkan pada suatu tempat, dan bertumpuk, saling menumpang, dan terkadang bertransparansi. Kubisme Sintetik pada akhirnya mengarah pada abstrak formalis, seperti karya Braque dan Griss, dengan tema yang tidak mengacu pada obyek.

Tentang Estetika Kubisme

Estetika Kubisme berawal dari pendekatan Impresionisme yang memandang bahwa kebenaran alam tidak sama dengan kebenaran seni. Alam menjadi inspirasi dalam melahirkan konsep kebentukan yang geometris. Intelektual Kubisme menuntun intuisi dalam menggubah kenyataan alam. Alam atau obyek diungkapkan melalui bentuk-bentuk geometris, seperti balok, silinder, limas, kerucut,, dan lain-lain, dalam suatu kesatuan komposisi yang mempertimbangkan unsur-unsur estetik.
Penggunaan bidang, bentuk, dan garis dalam mengurai obyek/benda memiliki peranan yang sangat penting. Bahkan deformasi obyek atau benda alam didasari bentuk-bentuk geometris. Kubisme sangat konsisten dalam menggarap satu format lukisan dengan proses geometrisasi, baik obyek maupun latar belakang. Sehingga satu format lukisan tampak seperti tak memiliki obyek. Tumpukan bentuk atau obyek seakan menekan atmosfir dari berbagai sudut pandang. Tetapi itulah konsep space (ruang) yang diciptakan kaum Kubisme. Warna benar-benar dipertimbangkan secara rasional, dengan penekanan pada keselarasan, baik antar obyek maupun dengan latar. Perkembangan estetika Kubisme berlanjut dengan rekayasa teknik dalam berkarya seperti yang dikembangkan Picasso dan Braque, yaitu papier-colle.

Tentang Teknik Berkarya Seni

Teknik melukis dengan menempelkan benda-benda, atau serpihan dan lembaran kertas ini menciptakan estetika baru. Permainan susunan bentuk geometris dari berbagai benda ini didorong oleh ide kreatif para seniman. Pengolahan bentuk adalah aktivitas artistik utama kaum Kubisme. Teknik adalah alat dan cara melayani ide kebentukannya. Pengembangan bentuk dan teknik dalam berkarya memungkinkan munculnya lukisan bertekstur (seperti relief), assembladge, dan patung Kubisme dengan aneka media (misalnya logam).
Gerakan Kubisme pada dasarnya merupakan pengembangan ide garapan Impresionisme dalam mewujudkan kebenaran alam. Seurat (1859-1891) yang mencoba teknik divisionisme dalam konsep Impresionisme memperlihatkan tentang pendekatannya yang sangat rasional. Konsepsi Seurat sebenarnya sudah berbeda dengan Impresionisme jika ditinjau dari segi gaya ungkapan visual. Tetapi masih tetap merepresentasikan alam secara obyektif. Kebenaran alam yang ditampilkan Seurat dalam kebenaran seni masih menunjukkan kesamaan. Berbeda dengan Cezanne yang sudah mulai memandang alam bukan sebagai obyek yang ditirunya. Cezanne mengubah dan mendeformasi alam melalui proses geometrisasi dengan teknik garis blabar dan tegas, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk baru dari alam.
Patung Negro Afrika memberikan ilham kebentukan pada seniman modern Eropa (misalnya Pablo Picasso). Hal ini merupakan transposisi penalaran seni patung primitif dalam komposisi bentuk geometris.
Karya seni Kubisme didasari oleh pertimbangan rasional yaitu dengan menganalisis bentuk (sosok) alam menjadi struktur geometris (kubus, silinder,, limas, dsb.).
Dalam perkembangan aliran Kubisme, terdapat tiga tahap yaitu:
a. Tahap awal (bisa dinamakan tahap pembentukan) yang dipelopori Pablo Picasso (1909-1912).
b. Tahap analitik yang dipelopori Juan Griss (1909-1912).
c. Tahap sintetik yang dipelopori Leger (1913-1914).
Tahap awal ialah proses pembentukan gaya Kubisme yang ditandai adanya deformasi bentuk alam menjadi bentuk geometris, dan penerapan konsep kebentukan patung primitif pada bidang dua dimensional. Tanda-tanda lukisan Kubisme tahap awal dapat kita pelajari dari karya Picasso, Les Demoiselles d‟Avignon dan karya Braque, Grand Nu.
Tahap analitik adalah perkembangan lanjut Kubisme yang memperlihatkan tanda-tanda adanya analisis terhadap benda/sosok/bentuk alam menjadi susunan bentuk-bentuk geometris. Pada lukisan ini sudah tak tampak kesan cahaya dan perspektif. Karya Kubisme analitik dikembangkan dari teori simultanitas (multi perspektivis). Juan Griss dianggap mempelopori analisis bentuk. Contoh: lukisan berjudul Tea Time karya Metzinger, memperlihatkan lukisan cangkir yang separuh terlihat dari samping persis, dan separuh agak dari atas, mukanya sekali waktu terasa seperti terlihat dari samping dan di kali lain seperti dari depan dalam bentuk yang kompleks. Karya Picasso, Laki-laki dan Viol sebagai pernyataan ruang dan waktu. Karya Braque, Laki-laki dan Gitar sebagai dimensi empat dalam lukisan (perspektif tak digunakan).
Tahap sintetik adalah kecenderungan Kubisme yang memperlihatkan adanya usaha melepas bentuk menjadi bagian-bagian yang secara simultan diungkapkan dan tampil seprti terpotong-potong. Susunan obyek lukisdan seperti tumpang-menumpang dan transparan, sehingga membentuk obyek yang dilukiskannya. Contoh: Piring Buah dan Jendela Terbuka karya Juan Griss; Tiga Pemain Musik, Picasso; The City, Leger.
Ada beberapa buku yang menganalisis perkembangan Kubisme dalam tiga tahap yang dimulai tahap analitik, hermeutik, dan sintetik. Tahap hermeutik sebenarnya mengacu pada kecenderungan komposisi dan pemanfaatan ruang dalam bidang lukisan. Hermeutik menunjukkan bahwa bidang lukisan Kubisme menggambarkan kepadatan dan ketertutupan ruang. Bidang, bentuk, dan warna meliputi seluruh format lukisan, antara obyek dan latar berpadu, sehingga ada kesan bahwa ruang sangat rapat.. Pada Kubisme analitik dan sintetik juga terdapat aspek hermeutik dalam pemanfaatan ruang. Buku yang lain ada yang menambahkan tahap heroik. Tahap heroik ditujukan pada waktu tertentu, ada kecenderungan lukisan Kubisme yang memperlihatkan sifat-sifat heroik. Hal ini dipengaruhi suasana sosial-politik pada masa tersebut, misalnya peperangan.
Patut kita cermati bahwa pelukis Kubisme, yang dipelopori Picasso, sebagai seorang maestro seni lukis dunia terlahir dengan sepenuh jiwa dalam berkarya seni rupa. Kecintaannya terhadap dunia seni rupa membuahkan hasil yang gemilang,, yaitu kreativitas seni. Berkarya baginya tidak hanya berekspresi (mengungkapkan perasaan) tetapi juga berpikir - mempertimbangkan komposisi dan ide kebentukan – secara rasional (intelektual).
Dalam mengembangkan dunia kesenirupaannya, Picasso selalu menggali hal-hal baru, di antaranya dia mengambil ide kebentukan dari dunia primitif (patung Negro Afrika) . Yang primitif baginya, memberikan inspirasi bagi perwujudan sebuah karya seni.
Dengan memepelajari sejarah seni rupa Barat, khususnya tentang Kubisme Picasso, diharapkan tidak hanya sebagai pengetahuan, tetapi harus menjadi spirit baru dalam mendorong jiwa kita untuk selalu konsekuen dalam berkesenian dengan menggali akar budaya tradisi bangsa kita.

0 komentar "KUBISME (Bagian 6)", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment