Friday, December 14, 2012

TOPENG BLANTEK, TOPENG BETAWI


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Sebagai sarana belajar para pemain di bidang teater, pada masa yang lalu Blantek sering dijadikan bahan ejekan para pemain topeng yang
mahir. Permainan topeng yang kurang baik, biasanya di ejek dengan sebutan seperti "Topeng Blantek".

Pada perkembangan kemudian Blantek memperoleh identitas yang mudah dibedakan dengan jenis teater lainnya, yaitu dengan hanya menggunakan orkes Rebana Biang sebagai musik pengiringnya, dengan membawakan lagu-Iagu "dikir" pada awal pertunjukannya.

Lazimnya pertunjukan Blantek merupakan sebuah tontonan yang sederhana, tanpa dekor. Teknik bermainnya juga bersahaja, sebagaimana tampak pada rombongan-rombongan Blantek yang terdapat di beberapa, tempat seperti Cijantung pimpinan Nasir Boyo, di Ciseeng pimpinan Saiman, di Cilodong pimpinan Saaman dan di Bojong Gede pimpinan Pilih. Dari beberapa segi tampak ada persamaan dengan Topeng Betawi, ada juga yang menunjukan Giri ke-Ienong-Ienongan. Sebagaimana umumnya teater rakyat, ciri utama Blantek adalah lagu, akrab dengan penonton di sekelilingnya dan tanpa formalitas, tanpa memiliki disiplin waktu. Tontonan ini merupakan percampuran antara tari lepas, nyanyian, guyonan, penampilan lakon dan kadang-kadang ada juga sulapannya seperti yang dilakukan oleh rombongan Blantek dari Ciseeng pimpinan Saiman.

Daerah penyebaran Blantek berbatasan dengan wilayah budaya Sunda, yaitu di daerah Selatan dan timur DKI Jakarta dan di beberapa tempat dalam wilayah Kabupaten bogor.

Menelisik Topeng Betawi
Oleh Yahya Andi Saputra


Pendahuluan

Teater rakyat Betawi adalah tontonan berlakon yang bersifat kerakyatan dan improvisatoris, diiringi oleh musik rakyat Betawi tertentu yang pernah tumbuh dan berkembang di wilayah budaya Betawi sedikitnya dalam dua generasi. Bentuk-bentuk kesenian yang tergolong dalam teater rakyat Betawi adalah : Lenong (Preman dan Denes, Jinong), Topeng Betawi (Jipeng, Blantek), Tonil Sambrah, dan Wayang Kulit Betawi. Di luar itu ada Shahibul Hikayat dan Gambang Rancang yang dapat digolongkan ke dalam teater bertutur. Kecuali itu juga ada Wayang Orang Betawi dan Cador (Penca Bodor) yang kemungkinan antara ada dan tiada.

Pertumbuhan bentuk teater rakyat Betawi, merupakan proses teatersasi dari musik rakyat Betawi tertentu, ditambah unsur tari. Karena dalam pertunjukan semalam suntuk lagu dan tari itu membosankan, lahir kreativitas baru berupa unsur humor tanpa kerangka plot cerita terencana. Proses teaterisasi selanjutnya adalah menambahkan beberapa banyolan pendek terdiri atas beberapa adegan dari lakon yang tak selesai. Dapat dianggap sebagai proses teaterisasi yang terakhir apabila dalam pertunjukan semalam suntuk kesenian itu hanya membawakan sebuah lakon panjang terdiri atas puluhan adegan dan merupakan lakon yang utuh dan selesai. Proses pertumbuhan semacam ini dialami oleh semua bentuk teater rakyat Betawi, kecuali Wayang Kulit Betawi yang langsung ke tahap akhir karena perkimpoian dari musik gamelan ajeng dengan wayang kulit yang merupakan pengaruh beranting dari wilayah yang lebih timur.

Topeng Betawi

Topeng dalam bahasa Betawi mempunyai beberapa arti. Pertama berarti kedok penutup wajah. Kedua berarti teater dan pertunjukan. Ketiga berarti primadona atau penari. Topeng yang dibahas di sini topeng dalam pengertian teater tradisional atau teater rakyat Betawi.

Teater topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Daerah pertumbuhannya di pinggiran Jakarta. Karena tumbuhnya di pinggiran Jakarta, topeng dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat mengenal topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung. Ada yang berpendapat topeng Betawi berasal dari kesenian ubrug. Pendapat itu masih perlu diperdebatkan. Dahulu ubrug dan topeng Betawi hidup secara damai.

Pada awalnya pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung. Topeng mengadakan pentas di tanah. Bila perkumpulan topeng mengadakan pementasan, properti yang digunakan hanya colen (lampu minyak) bercabang tiga dan gerobak kostum diletakkan di tengah arena. Dengan kondisi itu pemain dan penonton tidak dibatasi dengan tirai atau dekor apapun. Pergantian adegan dilakukan dengan mengitari colen.

Awal 1960-an pertunjukan topeng sudah dilakukan di atas panggung. Alat penerangnya bukan lagi colen, tetapi lampu petromaks atau listrik. Di panggung dipasang layar polos ditambah properti lain berupa sebuah meja dengan dua buah kursi.

Pertunjukan topeng diiringi oleh musik yang disebut tabuhan topeng. Tabuhan topeng terdiri dari rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek, dan gong buyung. Lagu yang dimainkan lagu Sunda Gunung namun khas daerah pinggir Jakarta. Nama lagunya antara lain : Kang Aji, Sulamjana, Lambangsari, Enjot-enjotan, Ngelontang, Glenderan, Gojing, Sekoci, Oncom Lele, Buah Kaung, Rembati, Lipet Gandes, Ucing-Ucingan, Gegot, Gapleh, Karantangan, Bombang, dan lain-lain.

Pertunjukan topeng biasanya diadakan sehubungan dengan pesta perkimpoian, hitanan, dan nazar. Pertunjukan yang dimaksudkan membayar nazar ditandai dengan upacara ketupat lepas. Ada upacara yang harus dikerjakan sebelum pementasan topeng. Upacara ini bertujuan agar pertunjukan selamat dan agar alam tidak marah yang dapat membinasakan manusia.

Perkembangan kesenian blantek tidak menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan berkembang di wilayah sekitar Bogor, khususnya di kampung Bojong Gede, Pondok Rajeg, Citayam, dan Ciseeng. Regenerasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya.

Sejak tahun 1950-an aktivitas blantek vakum. Tahun 1976 Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek. Tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival blantek. Kegiatan festival blantek dilaksanakan kembali tahun 1994 dan 1997. Festival dimaksudkan untuk regenerasi, dorongan moril, motivasi berkreasi, dan perluasan persebaran blantek. Namun kegiatan-kegiatan itu tidak mencapai target.

Saat ini hanya ada beberapa grup blantek yang bertahan, yakni Blantek Si Barkah (non aktif), Nasir Boyo (non aktif), dan Blantek Nasir Mupid dari kampung Petukangan, Jakarta Selatan. Grup ini pun kurang aktif, lantaran kurang memperoleh apresiasi dari masyarakat, khususnya dari Pemprov DKI Jakarta.



1 comment:

  1. Negeri kita negeri kaya akan budaya dan kesenian. jangan sampai apa yang kita punya di curi oleh negara lain.

    http:// f4ndhy.blogspot.com/

    ReplyDelete