Sejarah Ornamen
Penciptaan suatu karya seni pada umumnya senantiasa
berkaitan dengan suatu tujuan tertentu. Tidak berbeda dengan karya seni ornamen
yang penciptaannya selalu berhubungan dengan tujuan tertentu pula. Beberapa tujuan
diciptakannya ornamen diuraikan sebagai berikut:
- Untuk menghias
Bentuk-bentuk ornamen diciptakan hanya untuk menghias saja demi keindahan suatu bentuk (benda ) atau bangunan, dimana ornamen tersebut ditempatkan. Penerapannya biasanya pada alat-alat rumah tangga, arsitektur, pada pakaian (batik, bordir, tenun, dan lain-lain) pada alat transportasi dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepratno yang menyatakan bahwa:
”Ornamen dimaksudkan untuk menghias suatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah seperti yang kita lihat pada hiasan kulit buku, piagam, kain batik, tempat bunga dan barang-barang lainnya. - Untuk menyatakan suatu nilai
secara simbolis.
Karya ornamen yang diciptakan pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperindah suatu benda saja, namun tidak sedikit ornamen yang diciptakan untuk menyatakan suatu nilai tertentu secara simbolis, menurut norma-norma tertentu (adat, kepercayaan, dan sistem sosial lainnya). Bentuk, motif dan pola ornamen penempatannya sangat ditentukan oleh norma-norma tersebut terutama norma kepercayaan yang harus ditaati, untuk menghindari timbulnya salah pengertian akan makna atau nilai simbolis yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu pengerjaan suatu ornamen simbolis harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan. Contoh ornamen simbolis ini misalnya motif kala, motif pohon hayat sebagai lambang kehidupan, motif burung phonik sebagai lambang keabadian, motif padma, swastika, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo yang menyatakan bahwa: ”Fungsi simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda upacara atau benda pusaka dan bersifat keagamaan atau kepercayaan, menyertai nilai estetisnya”.
Kecenderungan
manusia untuk menghias atau membuat ornamen sudah ada sejak zaman prasejarah.
Temuan keping-keping benda prasejarah berupa senjata-senjata, benda-benda
tembikar, peti mati, dan lain sebagainya oleh para ahli Arkeologi cukup menjadi
bukti akan hal ini. Pada umumnya ornamen pada benda-benda prasejarah yang
berupa tembikar masih berupa motif-motif yang berbentuk sederhana dan biasanya geometris.
Ornamen
pada tembikar dengan cara ditoreh, dicukil, ditekan atau dicap dalam keadaan
masih basah merupakan temuan benda prasejarah
Ada
beberapa pola hias yang tersusun dari motif geometris yang ditemukan, yaitu
meander, tumpal, swastika, dan pilin. Pola Hias Tumpal menggunakan bidang
segitiga sama kaki yang diulang-ulang secara berderet. Pilin adalah suatu bentuk yang dibatasi oleh garis lengkung yang mengikal pada
titik pusat. Pilin tersebut pada umumnya dibuat berganda, bersambungan
bentuknya semacam huruf ‘S’.
Pola Hias Meander adalah berupa huruf ‘T’ yang disusun berderet dan berbalikan.
Sedangkan pola hias swastika adalah bentuk yang menyerupai galaksi atau
kumpulan bintang-bintang di cakrawala, sesuai dengan Sukarman yang menyatakan
bahwa: “Bentuk swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaxi
atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan
perputaran alam ini”
Searah
jarum jam: Pola hias tumpal, pilin, meander dan swastika
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seni Rupa
dengan judul "Sejarah Ornamen". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/sejarah-ornamen.html
0 komentar "Sejarah Ornamen", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment