Keindahan yang kita temui pada motif
batik melalui panca indera adalah termasuk keindahan visual. Pada
motif-motif batik klasik disamping keindahan visual terdapat pula
keindahan yang berhubungan dengan nilai atau paham kesaktian, yaitu
karena pada saat motif-motif berkembang didalam situasi atau lingkungan
kesaktian budaya.
Nilai keindahan
segi kesaktian budaya ini sebenarnya untuk kita generasi sekarang
mungkin secara persis tidak dapat merasakan nilai keindahan itu. Untuk
sedikit mendekati pengertian tentang nilai keindahan yang bersifat magis
itu, maka diuraikan melalui simbol-simbol pada ornamen-ornamen didalam
motif, dan dicoba menghubungkan dengan kepercayaan yang terdapat pada
keadaan kesaktian budaya tersebut.
Kita
akan meninjau makna filosofis secara singkat tentang motif “Semen
Romo”. Nama motif “Semen Romo” menurut beberapa pendapat, kata “semen”
berasal dari kata “semi” yaitu artinya “tumbuhnya bagian dari tanaman”.
Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang
menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau
motif ini ada hubungannya dengan cerita Ramayana.
Pada
bagian cerita Ramayana yang terkenal adalah ajaran atau paham “Hastha
Brata” artinya ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Pada
motif-motif batik atau susunan seni batik klasik pada umumnya untuk
melambangkan atau mengajarkan hal-hal keutamaan atau
kebaikan-kebaikan. Bilamana kita cermati pada motif Sawat/Semen Romo,
maka apakah ada kaitan antara sembilan ornamen pokok pada Sawat/Semen
Romo dengan ajaran Hastha-Brata yang mengandung delapan simbol.
Bilamana
pada selembar kain batik motif Semen Romo kurang memiliki dari
sembilan unsur pokok tersebut maka tidak bisa dinamakan Semen Romo.
- Ornamen Meru, melambangkan tanah atau bumi, atau gunung tempat para dewa.
- Ornamen Lidah Api, melambangkan api, agni, geni atau dewa api, Batara Brahma, lambang yang sakti. Lidah api digambarkan juga sebagai cemukiran.
- Ornamen Baito, atau kapal laut, barang yang bergerak di pada air, atau dilambangkan dengan binatang yang hidup di air seperti katak dan siput.
- Ornamen Burung, lambang dunia atas atau udara.
- Ornamen Garuda atau Rajawali, lambang dari matahari dan tata surya.
- Ornamen Pusaka, atau pusaka keraton dilambangkan dengan tombak. Pusaka itu mempunyai makna semacam daru atau wahyu yaitu semacam cahaya gemerlapan, lambang kegembiraan dan ketenangan.
- Ornamen Dampar atau Takhta atau Singgasana, lambang dari kekuasaan, kekuasaan yang adil dan pelindung rakyat. Takhta adalah tempat duduk raja. Raja atau kekuasaan sakti itu kadang-kadang dilambangkan dengan mahkota.
- Ornamen Binatang,
binatang yang hidup di darat beberapa diantaranya dianggap binatang
yang keramat seperti sapi dan banteng. Pada paham triloka, binatang
darat itu melambangkan dunia tengah atau arcapada, madyapada. Binatang
dianggap juga sebagai penjelmaan dewa Wisnu.
- Ornamen Pohon Hayat, melambangkan dunia tengah. Didalam seni wayang kulit, Pohon Hayat digambarkan dengan bentuk gunungan.
Selanjutnya bila kita tinjau dengan watak-watak dalam ajaran Astha Brata adalah sebagai berikut:
Astha
Brata adalah wejangan keutamaan Ramawijaya kepada Wibisana ketika
dinobatkan jadi raja di negara Ngalengka. Jadi ajaran Astha Brata itu
ditujukan kepada seorang raja atau pemimpin rakyat, yaitu orang yang
memegang kekuasaan. Penobatan raja ini di dalam motif Semen Romo,
mungkin dilambangkan dengan ornamen Dampar atau Takhta, yaitu lambang
kekuasaan.
Watak-watak atau brata yang diajarkan oleh Sang Rama yaitu:
- Enda-Brata, bersifat darma, pemberi kemakmuran dan pelindung dunia dengan pemberi hujan, memelihara kehidupan dunia.
- Yama-brata, menghukum yang bersalah dengan memelihara keadilan. Dalam motif Rama dapat disimbolkan dengan awan dan mega mendung.
- Surya-brata, atau watak matahari, yaitu mempunyai sifat tabah.
- Sasi-brata, atau watak Candra, bersifat menggembirakan dunia dan memberi hadiah kepada yang berjasa.
- Bayu-brata, atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak nampak karena tidak ditonjol-tonjolkan. Angin atau dunia atas dilambangkan dengan ornamen burung.
- Dhanaba-brata atau Kuwera-brata, ialah berwatak sentosa dan berusaha memberikan kemakmuran (sandang pangan) kepada bawahannya.
- Pasa-brata atau Baruna-brata, ialah wataknya dewa air bersenjatakan Nagapasa yang sangat berbisa. Dewa laut mempunyai hati yang lapang seperti lautan tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dewa laut itu dilambangkan dengan bentuk kapal.
- Agni-brata, yaitu watak dewa api, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Api dilambangkan dengan lidah api, bentuk ornamen seperti cemukiran atau modang.
- Subyek Astha-brata, yaitu raja dilambangkan dengan Dampar.
Demikianlah
gambaran ajaran keutamaan didalam Astha-brata yang mungkin sekali ada
hubungannya dengan arti filosofis didalam motif batik Semen Romo.
Tentang kebenaran arti filosofis tentunya kita kembalikan kepada para
cerdik pandai untuk menelaah lebih lanjut. Uraian diatas adalah hanya
sedikit gambaran dari motif batik klasik dimana berkembang pada zaman
yang masih diliputi oleh kesaktian budaya sehingga didalamnya terkandung
estetika magis.
Pada umumnya ornamen pokok pada motif-motif yang tergolong Semen, adalah sbb:
- Pertama : ornamen yg berhubungan dengan daratan seperti tumbuhan atau lung-lungan, binatang berkaki empat.
- Kedua : ornamen yang berhubungan dengan udara seperti burung garuda, burung-burung atau megamendung.
- Ketiga : ornamen yang berhubungan dengan laut atau air seperti ikan, ular dan katak.
Jenis
ornamen yang menjadi pokok penyusunan motif tersebut mungkin sekali
ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana pada zaman dahulu,
yaitu paham adanya tiga dunia atau tiga alam, dunia tengah tempat
manusia hidup dengan badan wadag (kasar) atau jasmaniah, dunia atas
tempat para dewa dan para suci, sedang dunia bawah tempat orang yang
jalan hidupnya tidak benar, durhaka dan angkara murka. Sehingga suatu
ekpresi ajaran keutamaan pada waktu itu disalurkan melalui hasil budaya
diantaranya diciptakan motif-motif batik.
Motif-motif
batik yang tergolong motif-motif modern, untuk mencapai keindahan jiwa
biasanya tidak menonjol atau tidak ada sama sekali, dan yang ada hanya
merupakan keindahan visual. Sehingga sering terjadi bahwa pemberian
nama pada motif batik tidak sesuai dengan ragam hias yang ada dalam
motif tersebut. Salah satu penilaian yang diberikan oleh Unesco bahwa
batik merupakan warisan budaya tak benda milik bangsa Indonesia
dikarenakan bahwa batik-batik Indonesia tidak hanya memiliki keindahan
visual namun keindahan jiwa yang penuh dengan makna filosofis dan
sebagian batik masih digunakan untuk acara-acara tertentu yang masih
melekat pada masyarakat Indonesia secara turun temurun.
Sumber : Bapak Sewan Susanto S.Teks
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seni Rupa
dengan judul "Makna Filosofis Motif Semen Romo". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/makna-filosofis-motif-semen-romo.html
0 komentar "Makna Filosofis Motif Semen Romo", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment