Festifal pasar bandeng biasanya diadakan
dua hari menjelang malam takbiran Idul Fitri. Untuk menyambut lebaran idul
fitri, di pasar kota Gresik dijual ikan bandeng segar yang baru dientas
(diambil) dari tambak. Tetapi lokasi festifal pasar bandeng tahun mulai tahun 2012 berpindah ke Gedung Wahana Kreasi Tlogo Dendo Gresik.
Bandeng yang akan dilelang mulai dari ukuran
sedang hingga bandeng besar atau kawak. Khusus bandeng kawak di beri tempat
khusus yaitu panggung lelang. Bandeng kawak satu ekor beratnya bisa mencapai 10
kg lebih. Dan karena di lelang maka harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Menurut Kepala Subdinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab
Gresik, Nursukartiko, merupakan produk rekonstruksi kebudayaan masyarakat
Gresik. Saat ini bukan hanya ikan bandeng yang diperjualbelikan, namun diikuti
dengan jual beli barang kebutuhan lainnnya mulai baju, makanan, mainan
anak-anak hingga asesoris. Sumber lain menyebutkan, Pasar Bandeng dikaitkan
dengan sejarah perjalanan Sunan Giri pada malam terakhir bulan Ramadan. Saat
itu, Sunan Giri melanjutkan perjalanan dari Kebomas ke sebuah mushalla di
sekitar Pasar Gresik sekarang. Pengikut Sunan Giri yang berjumlah banyak itu
kemudian membuat pasar dadakan yang konon banyak memperjualbelikan ikan
Bandeng.
Selain itu, ada
juga yang beranggapan bahwa tradisi Pasar Bandeng memang bermula dari kebiasaan
masyarakat Gresik, yang memiliki kepercayaan bahwa bandeng melambangkan
prestise seseorang di dalam struktur masyarakat. Karena itu, banyak masyarakat
Gresik yang gemar mengkonsumsi bandeng, terutama menjelang hari raya. semakin
besar bandeng yang dikonsumsi, semakin tinggi pula prestisenya dalam pandangan
masyarakat. Akan tetapi karena jumlah bandeng yang berukuran besar semakin
berkurang karena pengaruh cuaca, kondisi air yang terkena polusi, maka lelang
adalah pilihan yang tepat bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi bandeng yang
besar.
Ada juga yang
meyakini bahwa Pasar Bandeng sudah dilakukan sejak awal kota Gresik terbentuk.
Dan ada juga yang menyatakan bahwa, pesta ini adalah budaya yang dikenalkan
Penjajah Belanda untuk menenangkan masyarakat pribumi Gresik dari keinginan
untuk memberontak.
Hingga saat ini
menurut Nursukartiko, tidak ada kejelasan awal mulai digelarnya Pasar Bandeng.
Yang jelas, pasar bandeng sendiri dalam perkembangannya sudah menjadi
sebuahtradisi yang dalam pelaksanaannya tidak hanya dikunjungi oleh warga
Gresik tetapi juga oleh masyarakat luar Gresik seperti Madura, Lamongan,
Surabaya Dan Sidoarjo bahkan turis mancanegara.
Ia berharap,
tradisi itu dapat dikomparasikan dengan penampilan seni tradisional khas Gresik
seperti Pencak Macan dan Terbang Kedung, serta makanan-makanan khas seperti
pudak. “Jadi selain kegiatan ekonomi, juga ada upaya untuk melestarikan budaya
lokal,” imbuhnya.
Dari sudut pandang
pengembangan pariwisata, “Pasar Bandeng layak dikatakan ikon wisata karena
mempunyai nilai spesifik produk khas daerah Gresik,” kata Kepala Subdinas
Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Informasi Komunikasi, Soetrisno.
Selama ini kegiatan
Pasar Bandeng masih dipromosikan sebatas pasar regional saja, melalui media dan
duta wisata. Ia berjanji akan lebih intensif mempromosikan Pasar Bandeng ke
pasar dunia.Di Jatim, Gresik termasuk wilayah yang tanahnya kurang subur untuk
bercocok tanam, karena sebagian besar terletak di dataran rendah. Karena itu,
Gresik tidak terlalu mengandalkan sektor pertanian sebagai unggulannya. Namun
keadaan tanah itu sangat menguntungkan bagi usaha pertanian tambak.
Hampir sepertiga
bagian dari wilayah Gresik merupakan daerah pesisir pantai yang memanjang di
Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Ujungpangkah, Sidayu, Panceng. Serta
Kecamatan Tambak dan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Dari total luas
wilayah Gresik, 1,1 ribu Km2, 192 km2 adalah tambak dan kolam.
Sejarah Pasar Bandeng
Budayawan Kabupaten Gresik, Mardilohong, menjelaskan
pasar bandeng awalnya hadir dari kebutuhan para peziarah setelah melakukan
iktikaf di makam para wali di Gresik.
"Setelah melakukan iktikaf, peziarah yang akan
pulang kampung ingin membawa oleh-oleh, kemudian dicarilah makanan khas Gresik
dan ditemukan bandeng. Dari situlah mulai dikenal dengan pasar bandeng karena
banyak warga yang mencari bandeng," paparnya.
Pria lulusan Universitas Jember (Unej) itu tidak
bisa menjelaskan secara rinci mulai abad berapa hadirnya pasar bandeng yang
kini secara rutin digelar di Gresik itu.
Namun, berdasarkan sejumlah catatan sejarah,
hadirnya pasar bandeng bermula dari cerita tentang Sunan Giri kala masih hidup
dan memiliki ratusan santri di pondok pesantrennya di kawasan bukit Giri
Kedaton, yang sekarang dikenal dengan Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
Para santri itu memiliki kebiasaan mudik setiap
menjelang lebaran, dan sebelum kembali ke kampung halamannya untuk berlebaran,
umumnya para santri turun bukit menuju Kota Gresik, guna sekadar mencari
oleh-oleh sesuatu yang menjadi khas Gresik. "Karena makanan yang menjadi
khas waktu itu adalah bandeng, akhirnya bandeng selalu dibawa pulang sebagai
oleh-oleh," kata Mardilohong.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Budaya
dengan judul "Festival Pasar Bandeng Budaya Khas Gresik". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sen1budaya.blogspot.com/2012/08/festival-pasar-bandeng-budaya-khas.html
0 komentar "Festival Pasar Bandeng Budaya Khas Gresik", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment