Wednesday, August 28, 2013

TENUN SONGKET


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


SEJARAH TENUN
            Asal mula penemuan teknik tenun diilhami oleh sarang laba-laba. Sejak saat itu penguasa Mesir di tahun 2500 SM memerintahkan rakyatnya untuk membuat bentuk yang serupa untuk membuat busana para bangsawan pada saat itu.




Tenun ikat mulai diperkenalkan ke Eropa sektar tahun 1880 oleh Prof. A.R Hein dengan nama Ikatten. sejak itu nama “ikat” menjadi populer di manca Negara sebagai sebuah istilah internasional untuk menyebut jenis tenunan dengan menggunakan tehnik ini.
Mahatma Gandhi seorang tokoh masyarakat di India; membuat sendiri pakaian sederhana yang dikenakannya dengan menenun dengan alat tenun bukan mesin; sebagai sebuah propaganda kepada rakyatnya agar melakukan gerakan Swadesi, yaitu membuat barang-barang produksi negaranya sendiri dan menolak hasil dan barang dari
Negara lain (Inggris).

Mahatma Gandhi menenun

Pada zaman dahulu, menurut Warming dan Gaworski tenunan dengan desain ikat pakan diterapkan di Indonesia yang dibawa oleh pedagang Islam India dan Arab ke Sumatera dan Jawa. Terutama di daerah yang telah kontak dengan islam dan letaknya strategis penting bagi lalu lintas perdagangan. Pada saat itulah awal mulanya berkembang seni tenun yang menggunakan sutera dan benang emas ini.
Gittinger menambahkan bahwa daerah yang menghasilkan tenunan dengan desain benang emas dan perak terdapat di daerah yang membuat desain ikat pakan dan mempergunakan benang sutera. Daerah itu diantaranya Sumatera dan kepulauan Riau. Bahkan di Palembang sejak abad ke-15 telah ditanam pohon murbei dan peternakan ulat sutera.

PENGERTIAN TENUN
Tenun merupakan hasil kerajinan manusia di atas kain yang terbuat dari benang, serat kayu, kapas, sutera dll dengan cara memasukkan benang pakan secara melintang pada benang yang membujur atau lungsi. Kualitas sebuah tenunan biasanya tergantung pada bahan dasar, motif, keindahan tata warna, ragam hiasnya. Seni tenun ini berkaitan dengan budaya, kepercayaan, lingkungan, pengetahuan dll.
Tenun yang berkembang di Sumatera khususnya memiliki kreasi baru dalam desain serta penggunaan bahan emas dan perak khususnya benang sutera dan benang kapas. Kadangkala ditambahi dengan aplikasi, manik-manik dan kaca. Secara keseluruhan tenunan yang kompleks, rumit dan indah dengan kemilau benang emas dipadu dengan sutra menjadi warna yang hidup, agung dan bergairah. Namun selain penggunaan benang sutera, kapas/katun, juga ada yang menggunakan benang sulam, benang sintetis lain seperti: rayon, benang wol dsb.


KAIN TENUN SUMATERA
Sebagai sebuah negeri yang kaya dengan berbagai jenis kain tenun tradisionalnya, maka Sumatera memiliki keragaman yang sangat variatif antar satu propinsi dengan propinsi lainnya. Tenun Tapis Lampung, tenun Songket Palembang, Tenun Songket Padang (Pande Sikek)  dan Silungkang, Tenun songket Jambi  serta tenun Riau semuanya dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM); namun satu sama lain memiliki teknik pengerjaan yang sama dengan motif dan bahan serta ciri khas berbeda-beda.




ATBM jenis Tijak
Songket
Songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak dan dihasilkan di daerah daerah tertentu saja; misalnya: Palembang, Minangkabau dan sebagainya.
Songket adalah kain yang termasuk dalam brokat /keluarga tekstil . Ini adalah tenunan tangan dalam sutra atau kapas dan rumit, berpola dengan emas atau perak benang. Benang metalik mencolok dengan kain latar belakang untuk menciptakan efek berkilau. Dalam proses menjalin benang logam dimasukkan di antara kapas sutra atau pakan (garis lintang) benang.
Desain pola motif songket ini timbul pada permukaan kain. Ada yang menghias dan menutup seluruh permukaan kain, ada yang menghias bagian tertentu dimana motif yang dibentuk menyebar di berbagai bagian dari kain. Ada kombinasi, ada yang menyebar pada satu permukaan kain. Benang yang disongket tersebut disisipkan dengan benang tambahan di atas maupun di bawah benang lungsi dan benang pakan.
Istilah kata songket kalau di Palembang berarti Songko yaitu orang yang pertama menggunakan benang emas itu untuk hiasan ikat kepala. Ikat kepala itu bernama songko. Kemudian benang emas dipakai sebagai hiasan pada kain tenun lainnya yaitu kain sarung dan baju kurung.
Istilah songket berasal dari Malaysia . Dalam Bahasa Indonesia sungkit  berarti "hook". Ini ada hubungannya dengan metode pembuatan songket, untuk hook dan memilih kelompok benang, dan kemudian slip benang emas di dalamnya. Berarti menyongket yaitu 'untuk menyulam dengan emas atau perak' . Benang Songket merupakan produk mewah tradisional dipakai selama acara-acara seremonial sebagai sarung , kain bahu atau ikatan kepala.
 Tanjak atau hiasan kepala Songket yang dikenakan di pengadilan dari kesultanan Malaysia . Secara tradisional perempuan muslim dan remaja perempuan menenun songket; "beberapa anak laki-laki dan laki-laki juga menenun  ". 
Songket sebagai  gaun raja juga disebutkan oleh Abdullah bin Abdul Kadir tulisan 1849. -pola tradisional tekstil Sumatera mewujudkan suatu sistem lambang diinterpretasi.   
      
Di Indonesia, songket diproduksi di Sumatera , Kalimantan , Bali , Sulawesi , Lombok dan Sumbawa .  Di Sumatra pusat produksi songket terkenal adalah di Minangkabau , Sumatera Barat dan Palembang.
           Luar Indonesia, lebih lanjut daerah produksi meliputi pantai timur Semenanjung Malaysia  dan Brunei . Songket tenun secara historis terkait dengan bidang Malay pemukiman, dan teknik produksi bisa saja diperkenalkan oleh Arab dan India pedagang. Secara historis, produksi terletak di kerajaan politik yang signifikan karena tingginya biaya bahan; benang emas yang digunakan adalah awalnya luka dengan nyata daun emas .


Gedogan



Jenis-jenis kain tenun songket:
  • Kain tenun Siak
  • Kain tenun Indragiri
  • Kain tenun Bengkalis
  • Songket Silungkang
  • Songket Palembang
  • Songket Pande sikek
  • Tenun Tapis Lampung


TENUN DATAR
Tenun datar merupakan proses persilangan benang lungsi dan benang pakan berdasarkan pola anyam datar dengan menggunakan alat tenun. Lungsi adalah benang yang panjangnya sejajar vertikal dengan panjang kain pada saat menenun. Benang pakan adalah benang yang lebarnya sejajar horizontal dengan lebar kain. Pola anyam datar ini ini terjadi secara sama dan merata. Karena itu hasil tenunan datar menampilkan permukaan yang rata dan datar karena meratanya persilangan kedua arah benang tersebut. Penyebaran tenun datar di Nusantara memiliki kekayaan akan teknik,corak dan warna.


TEHNIK TENUN
Teknik tenun datar yang biasa digunakan untuk menenun adalah teknik tenun ikat. Corak kain dibuat dengan cara mengikat bagian-bagian tertentu dari benang hingga warna tidak menyerap pada bagian-bagian tertentu pada saat pencelupan berlangsung. Bagian yang tidak terwarnai ini akan membentuk corak pada kain ketika kain ditenun.

ALAT TENUN
Alat tenun yang digunakan yaitu alat tenun Gedogan dan alat tenun tijak.
Alat tenun gedogan terdiri dari 2 macam yaitu gedogan berfungsi sinambung dan gedogan berfungsi tak lanjut. Alat tenun Tijak merupakan bentuk dasar dari sebuah alat tenun mulai dari ATBM sampai dengan mesin tenun modern. Ada juga alat Tenun kartu yakni alat tenun yang menggunakan kartu-kartu yang diberi lubang jenis tenunan ini khusus untuk membuat kain berukuran sempit seperti sabuk, pita hiasan dll.

TENUN IKAT
Tenun ikat adalah proses penenunan benang-benang yang telah diberi corak. Bersamaan pada saat kain ditenun corakpun muncul di permukaan. Caranya adalah benang direntangkan pada alat perentang sambil memastikan posisi posisi, warna, ukuran dan corak. Perentangan dibuat sama dengan lebar atau panjang kain. Bagian yang akan diberi warna sesuai corak dan diikat perkelompok benang.

Benang yang sudah selesai diikat kemudian dilepas dari rentangan dan dicelup dalam zat pewarna. Setelah pencelupan, benang dikeringkan,ikatan dibuka. Ketika ikatan dibuka,bagian yang terikat tidak yang terikat tidak berwarna. Tahap berikutnya adalah benang dipasang sesuai peruntukannya. Benang lungsi dipasang pada alat tenun, sedangkan benang pakan digulung pada kumparan atau sekoci. Corak yang dibuat pada kelompok benang searah lebar kain(pakan) disebut tenun ikat pakan. Corak yang dibuat pada kelompok benang lungsi disebut tenun ikat lungsi. Adapun dari keduanya disebut tenun ikat ganda.


JENIS-JENIS TENUN IKAT

1. TENUN IKAT LUNGSI


Tenun ikat lungsi adalah kain yang coraknya dibuat pada benang lungsi.urutan pembuatan kain tenun ikat lungsi adalah:
  • Membentang benang lungsi pada alat perentang.kemudian benang diberi tanda pada bagian-bagian yang akan diikat sesuai dengan corak.
  • Mengikat benang lungsi yang sudah ditandai
  • Mencelup dalam larutan warna benang yang sduah dilepas dari bentangan
  • Melepaskan ikatan setelah benang kering
  • Benang yang sudah bercorak digulung dengan alat penggulung lungsi (BUM) lalu dipasang pada alat tenun.setelah terpasang corak hasil ikatan akan terlihat jelas 
  • Menenun dengan benang pakan warna polos


2. TEKNIK TENUN IKAT PAKAN

Benang yang diikat adalah benang pakan yang searah dengan lebar kain. setelah benang diikat, dicelup dan dikeringkan benang kemudian digulung pada kumparan atau sekoci yang akan menjalinkannya dengan ada benang lungsi.
  • Membentang benang pakan pada alat perentang, kemudian kumpulan benang pakan itu ditandai menurut corak
  • Mengikat kumpulan benang pakan yang sudah ditandai
  • Melepas kumpulan benang dari bentangan dan mencelupnya dalam larutan warna
  • Mengeringkan ikatan benang yang sudah dicelup
  • Melepas ikatan
  • Menggulung benang yang sudah bercorak pada kumparan
  • Menenun benang lungsi warna polos.


3. TENUN IKAT GANDA

Teknik ikat ini mengikat corak kain pada kumpulan benang lungsi dan benang pakan sekaligus. Corak terbentuk pada persilangan antara benang lungsi dan benang pakan tepat pada titik pertemuannya. Setiap benang bercorak harus bersilang pada titik yang tepat agar corak dapat muncul.



4. TENUN IKAT KHUSUS/ikat tambahan

Yang dimaksud dengan tenun ikat khusus yakni adanya pakan tambah (songket) dan lungsi tambah. Jadi tenun songket merupakan teknik menenun dengan menambahkan bahan lain ke dalam struktur kain. Bahan tambahan yang digunakan yaitu benang emas. Kain-kain dengan teknik ini yaitu tenun songket Sumatra Barat, Jambi, Palembang dan Riau.

JENIS ALAT TENUN
ALAT tenun yang digunakan untuk tenun khusus sama dengan tenun datar yaitu Gedogan, Tijak dan ATBM.

1. GEDOGAN


Gedogan adalah alat tenun yang pada bagian ujungnya diikatkan pada badan penenun.
Ujung lainnya dipasang pada bagian rumah atau pohon, oleh karena itu kain yang dihasilkan mempunyai lebar maksimum 80 cm sesuai dengan jangkauan tangan penenun. Penenun dengan gedogan umumnya dilakukan oleh kaum perempuan saat menunggu panen.

Alat tenun Gedogan
ALAT tenun gedogan ada 2 jenis yitu:
1. Gedogan lungsi sinambung
2. Gedogan lungsi tak lanjut/tidak sinambung.


2. Alat tenun TIJAK
Alat tenun yang dapat berdiri sendiri. Alat ini memiliki bingkai-bingkai persegi yang mengikat sejumlah kawat berlubang tempat lewat benang lungsi. Alat tenun ini dilengkapi dengan seperangkat pedal (tijakan) yang berfungsi untuk menaik-turunkan bingkai lungsi.
Naik turunnya bingkai-bingkai diperlukan untuk membuat bukaan diantara susunan benang benang lungsi sehingga benang pakan dapat lewat dengan mudah. Umumnya alat tenun Tijak digunakan secara penuh waktu bukan digunakan untuk kegiatan musiman. Alat ini digunakan untuk membuat kain songket



RAGAM HIAS DI KAIN TENUN
Pada umumnya desain motif ragam hias yang diterakan pada kain dengan songket ini berupa motif: geometris dan stilasi flora dan meander. Terdapat pula motif binatang tertentu; misalnya: berbagai jenis burung, reptilia, dan naga. Seperti burung kakak tua, burung merak, burung phoenix, ayam, itik, motif naga dan sayap burung garuda dsb. Terdapat pula motif yang merupakan unsur hindu, misalnya: nekara, motif bunga manggis. Tetapi pada umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur agama islam.
Bentuk desain geometris menurut masyarakat Minangkabau bersumber dari alam lingkungannya sendiri. Misalnya: motif kaluak paku yang berarti: mencerminkan budi pekerti yang luhur, atau sulur daun pakis, pucuak rebung atau motif tumpal artinya: sifat yang pandai menyesuaikan diri.
Motif yang digunakan dalam kain tenun Riau diambil dari lingkungan sehari-hari seperti tumbuhan, hewan dal alam yang kemudian di stilir menjadi motif yang menarik. Motif asli ini tidak diketahui siapa perancang dan penciptanya. Jenis-jenis motif antara lain: tampuk manggis, bunga melur, bunga cina, bunga tanjung, bunga teratai, bunga kecubung, kaluk paku, akar berjalin, pucuk rebung dll.



TENUNAN SONGKET SILUNGKANG

Di Sumatra Barat ada dua daerah yang dikenal sebagai penghasil tenunan songket yang bagus. Selain Pandai Sikek di Kabupaten Tanah Datar, satu lagi adalah Silungkang, Kota Sawahlunto. Tenunan Silungkang mempunyai kelebihan pada motif. Keistimewaan lain terdapat pada ragamnya. Ada songket ikat, songket batabua, penuh, benang dua, dan songket selendang lebar. Keunikan itulah yang membuat songket Silungkang diminati pembeli dari Malaysia dan Singapura.

Asal Usul
           Silungkang adalah sebuah desa di Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung, Sumatera Barat, Indonesia.
Desa kecil yang luasnya sekitar 4800 hektar ini penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dalam bidang pertanian (padi dan palawija). Dahulu, hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di daerah sekitarnya saja, tetapi juga ke provinsi lain, malahan sampai ke Pahang (Malaysia).

Dewasa ini pengrajin tenun Songket Silungkang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain saja. Akan tetapi, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju kursi, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja (“hem”), tussor (bahan tenun diagonal), dan taplak meja polos.

Peralatan dan Bahan

            Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu.
Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “panta”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), sisia (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), pancukia (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket, dan turak  (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar).
Panta tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamidangan (tempat khusus untuk menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga kayu paso. Gunanya adalah untuk menggulung kain yang sudah ditenun.

              Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.

                Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya.
Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan Pandai Sikek tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau biru tua.
            Motif ragam hias Songket Silungkang selain dibentuk dengan benang mas, juga dengan benang berwarna lainnya. Oleh sebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu:
(1) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan
(2) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna    
      emas.
Kain songket yang motifnya dibuat dengan benang mas pemasarannya relatif terbatas karena harganya mahal dan pemakaiannya hanya pada saat ada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: perkawinan, batagakgala (penobatan penghulu), dan penyambutan tamu-tamu penting.
Sedangkan, kain songket jenis kedua yang motifnya tidak dibuat dengan benang mas adalah untuk memenuhi pasaran yang lebih luas karena jenis ini tidak hanya untuk busana tradisional, tetapi juga untuk bahan kemeja, selendang, taplak meja dan hiasan dinding.

Sebagai catatan, pada masa lalu pewarnaan benang lusi dilakukan secara tradisional. Caranya, sebelum diberi warna, benang harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan unsur-unsur lain yang akan menghalangi masuknya zat pewarna. Kemudian, benang diberi zat pemutih (soda abu). Zat itu dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko kimia atau apotek. Setelah itu, benang itu dibagi menjadi beberapa bagian yang kemudian dicelup dengan warna yang diperlukan.
Proses selanjutnya adalah mencelupkan benang tersebut ke air panas (mendidih) yang telah diberi zat pewarna tertentu (sesuai selera atau pesanan), kemudian dijemur. Saat ini proses pewarnaan dengan cara-cara tersebut sudah jarang dilakukan sebab penenun dapat langsung membeli benang-warna yang telah banyak diproduksi oleh pabrik-pabrik tekstil.
Teknik Pembuatan Tenun Songket
            Pembuatan tenun songket pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Tahap kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai “inlayweavingsystem”.
Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar dihubungkan ke paso. Posisi benang yang membujur ini oleh masyarakat Silungkang disebut “benang tagak”.

             Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan lagi dengan palapah. Pemasukkan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif mudah karena masih dibantu dengan  alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin menggerakkan karok dengan menginjaksalah satu tijak-panta untuk memisahkan benang sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan (melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain dasar.

            Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang masatau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu.
Konon, pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang makaoitu harus dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Setelah jalur benang makao itu dibuat dengan pancukie, maka ruang untuk meletakkan turak itu diperbesar dengan alat yang disebut palapah. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu, sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.

                 Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya.
Pembuatan sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan, seringkali lebih dari satu bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat menyelesaikan kain sepanjang 5--10 sentimeter.

                    Sebagai catatan, kain songket tidak boleh dilipat, tetapi harus digulung dengan kayu bulat yang berdiameter 5 cm. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar bentuk motifnya tetap bagus dan benang mas-nya tidak putus, sehingga songketnya tetap dalam keadaan baik dan rapi.



Motif Ragam Hias Tenun Songket Silungkang

 Kekayaan alam Minangkabau sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias denganpola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam hias biasanya diberi nama tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun benda-benda yang ada di alam sekitar.

                 Beberapa nama ragam hias dari Nagari Silungkang antara lain adalah: Bungo Malur, Pucuak Ranggo Patai, Kudo-Kudo, Pucuak Jawa, Pucuak Kelapa, Tigo belah, Kain Balapak Gadang, Bungo Kunyik, Kaluak Paku, Bungo Ambacang, Barantai, Sisiak dan lain-lain. Sedangkan untuk hiasan tepi kain terdapat beberapa nama motif seperti Bungo Tanjung, Lintahu Bapatah, Itiak Pulang Patang, Bareh Diatua, Ula Gerang dan lain-lain. Melihat bentuk ragam hiasnya, kelihatan bahwa ragam hias songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam hias dari Pandai Sikek. Ragam hias Pandai Sikek kelihatan lebih rumit-rumit dan bervariasi.
      
Selain bersifat menghias, ragam hias kain songket tersebut juga memiliki makna. Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “pucuak rabuang”.
Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil sudah berguna bagi masyarakat. Sewaktu rebung masih kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika


telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia).


NILAI BUDAYA


                   Tenun Songket Silungkang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.

                    Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya digunakan pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara batagakgala (penobatan penghulu) dan lain sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah tenun songket yang bagus.

TENUN SONGKET RIAU
Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah tenun tumpu,kemudian berganti dengan alat yang bernama “Kik”. Kik adalah alat tenun sederhana terbuat dari bahan kayu berukuran sekitar 1 X 2 meter. Kain ini tidak terlalu lebar maka untuk menjadi satu sarung harus disambung dua yang disebut kain berkampuh. Untuk menghasilkan 1 kain diperlukan waktu 3-4 minggu.
Tenun songket Riau seringkali disebut dengan tenun songket Indragiri. Pada awalnya alat tenun Indragiri adalah alat tenun Tumpu yang kemudian diganti dengan Kik dan ATBM. Pada tahun 1992 pemerintah daerah Kabupaten Indragiri Hulu mengkaji dan mengangkat tenun songket Indragiri.
Dalam perkembangan tenun  saat ini sudah tidak digunakan Kik atau gedokan sebagai alat tenun, digantikan  dengan menggunakan ATBM. Dengan ATBM maka pembuatan sehelai kain tenun membutuhkan waktu 4 atau 5 hari saja. Dan dipergunakan benang border sebagai pengganti benang emas.

Kerajinan kain tenun songket yang sangat popular adalah tenun Siak, Bengkalis, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir.

Jenis-jenis kain tenun songket Riau antara lain:
·         Kain tenun songket bahan katun
·         Kain tenun bahan katun dengan variasi benang emas
·         Kain tenun songket bahan sutera
·         Kain tenun songket bahan sutera dengan variasi benang emas
·         Kain tenun lejo(lajur)
·         Kain tenun pola berkotak-kotak
Pada bagian ujung terdapat gulungan benang yang sudah diani dengan benang lungsi dan ditarik ke pangkal dengan terlebih dulu disisipkan melalui gun dan sisir besi. Pada  diikatkan  ke paku penggulung kain.
Pemasangan benang pakan pada benang lungsi dimasukkan dari kiri ke kanan melalui sebuah teropong yang dalamnya terdapat peleting yang melalui celah benang lungsi lalu sisir dihentakkan kea rah penenun sehingga berbunyi plak-plak tak maka terbentuklah satu garis kain baru dari persilangan benang lungsi dan pakan.
 Keindahan kain tenun Siak antara lain terletak pada pada perpaduan warna serta rapat tidaknya susunan benang yang digunakan.pewarna pada benang dapat dilakukan dengan pencelupan sendiri dengan pilihan yang mudah dan banyak diperjual belikan di pasaran.
Di dekranasda Riau dikelola unit pelatihan bagi pengrajin tenun songket Riau. Digunakan alat tenun bukan mesin beberapa jenis antara lain: Tijak, ATBM yang menggunakan kartu, mesin jaguar. Dengan ATBM yang sudah lebih disesuaikan ini, proses penenunan bisa dilakukan oleh lebih dari 1 orang, dan pengerjaannya relative lebih cepat.

PENUTUP
Seni tenun di daerah Sumatera sangat besar pengaruh keragaman seni kain songketnya. Yang khusus menggunakan benang emas sebagai pakan atau lebih dikenal dengan tenun ikat khusus atau ikat tambahan. Untuk benang lungsi digunakan bahan sutera, katun maupun campuran(rayon dll).
Songket Sumatera memiliki kualitas yang baik, dari sisi penggunaan seratnya dan juga teknik penggunaan ATBM dari yang sederhana Gedogan/kik, Tijak sampai dengan yang lebih agak modern(jaguar)=bisa dikerjakan oleh 2 orang sehingga memungkinkan diproduksi lebih cepat(di Riau).
Yang disebut dengan kain tenun disini adalah kain yang dibuat dengan cara sederhana, tradisional yaitu dilakukan oleh seorang penenun secara perseorangan. Membuat atau menenunnya memerlukan waktu khusus antara 3 hari sampai dengan 3/6 bulan. Lebar kain tenun tidak lebih dari 1 meter dan panjang biasanya sepanjang 1 kain antara 2 sampai dengan 2,5 meter.

Motif pada benang lungsi diikat pada bagian seratnya sesuai dengan desain motif yang diinginkan dan dibuat pula pola motif pada benang pakannya. Sehingga hasil tenun songket ini begitu rumit dari sisi motif dan cara menenunnya.
Dapat dikatakan bahwa kain tenun Sumatera atau songket, adalah seni tenun yang sangat tinggi nilainya; sangat berhubungan erat dengan Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat dalam kegiatan adatnya seringkali berpakaian menggunakan kain tenun songket; baik untuk kain kebaya, ikat kepala, sarung, baju teluk belanga,dll

11 comments:

  1. mantab sekali artikelnya gan

    ReplyDelete
  2. Makasih pakk tugas saya akhirnya selesai

    ReplyDelete
  3. Thanks for sharing, artikel yang sangat menarik dan bermanfaat.. Anda ingin membeli aneka kain murah untuk membuat baju? Anda bisa memesannya di fitinline.com

    ReplyDelete
  4. thanks infonya ga, yuk mampir kesini http://goo.gl/r7FLm5

    ReplyDelete