KESEMPURNAAN SENI WARNA ILAHI
(Harun yahya)
(Harun yahya)
Dunia
yang Beraneka Warna
Pernahkah terpikir oleh Anda seperti
apa hidup di dunia tanpa warna? Bebaskan diri Anda sejenak dari pengalaman
Anda. Lu-pakan semua yang pernah Anda pelajari. Dan mulailah menggu-nakan
imajinasi. Coba bayangkan badan Anda, orang-orang di sekitar Anda, lautan,
langit, pohon-pohon, bunga-bunga, singkatnya, semua-nya, berwarna hitam.
Bayangkan bahwa di sekeliling Anda tidak ada warna. Coba pikirkan, bagaimana
perasaan Anda jika orang, kucing, an-jing, burung, kupu-kupu, dan buah-buahan
tidak berwarna sama sekali. Tentunya Anda tidak mau hidup di dunia seperti itu,
bukan?
Dalam benak kebanyakan orang, mungkin
tidak pernah terpikirkan, betapa beraneka warnanya dunia tempat hidup mereka;
atau diper-tanyakan, bagaimana keanekaragaman warna seperti ini ada di bumi,
atau seperti apa jadinya jika ada sebuah dunia tanpa warna. Ini karena setiap
orang dengan penglihatan normal dilahirkan ke dunia yang penuh warna. Tetapi,
sebuah model dunia hitam putih, tanpa warna, bukanlah suatu hal yang tidak
mungkin terjadi. Justru karenanya, dunia yang penuh warna cemerlang, tempat
kita hidup, menjadi benar-benar mengagumkan. (Da-lam bab-bab selanjutnya, akan
didiskusikan secara terperinci mengapa keberadaan dunia penuh warna ini
demikian mengagumkan).
Sebuah dunia tanpa warna biasanya
dibayangkan hanya terdiri dari hitam, putih dan nuansa abu-abu. Tetapi, hitam,
putih dan nuansa abu-abu sebenarnya warna juga. Maka, sulit sekali membayangkan
ketiadaan warna. Untuk menjelaskan ketiadaan warna, seseorang selalu merasa
per-lu menyebutkan satu warna. Orang mencoba menjelaskan ketiadaan war-na
dengan pernyataan seperti, “Tidak ada warna, benar-benar hitam,” atau “Wajahnya
sama sekali tidak berwarna; putih sekali.” Sebenarnya, semua itu bukan
penjelasan tentang ketiadaan warna, melainkan hanya sebuah dunia hitam putih.
Cobalah, selama sedetik saja,
membayangkan bahwa, tiba-tiba saja, semua kehilangan warnanya. Dalam keadaan
demikian, segala sesuatu akan saling bercampur dan akan menjadi mustahil
membedakan satu objek dengan objek lainnya. Akan mustahil melihat, misalnya,
jeruk, stro-beri atau serangkai bunga di atas sebuah meja kayu, karena jeruk
itu tidak berwarna oranye, meja itu tidak berwarna coklat, dan stroberi itu
juga tidak berwarna merah. Betapa tidak nyaman bagi seseorang untuk hidup di
dunia tanpa warna, sekalipun hanya sesaat. Karena dunia seperti itu bahkan
sulit untuk digambarkan.
Warna berperan penting dalam
komunikasi manusia dengan dunia luar, dalam kelancaran fungsi ingatannya, dan
dalam pemenuhan fungsi belajar otaknya. Ini karena manusia dapat mengaitkan
dengan tepat antara kejadian dan tempat, antara orang dan objek, hanya dari
penampakan luar dan warnanya. Pendengaran atau sentuhan saja tidak cukup untuk
mendefinisikan objek. Bagi manusia, dunia luar mempunyai makna hanya jika
dilihat secara keseluruhan dengan warnanya.
Keanekaragaman warna tidak hanya
memudahkan pengenalan pelbagai objek dan lingkungan sekeliling kita.
Keselarasan warna yang sempurna di alam semesta memberikan kenikmatan sangat
besar bagi jiwa manusia. Untuk dapat melihat keselarasan ini dari setiap
detilnya, manusia telah dilengkapi sepasang mata dengan rancangan sangat
isti-mewa. Di dunia makhluk hidup, mata manusia paling fungsional dan dapat
menangkap warna-warni dalam detail sekecil-kecilnya, sedemi-kian rupa sehingga
mata manusia sensitif terhadap jutaan warna.1 Nyata sekali bahwa alat
penglihatan manusia yang bekerja begitu sempurna telah dirancang khusus untuk
melihat dunia penuh warna.
Satu-satunya makhluk di bumi yang
dapat memahami keberadaan keteraturan seperti itu di alam semesta adalah
manusia, karena ia mem-punyai kemampuan untuk berpikir dan menggunakan nalar.
Jadi, ber-dasarkan semua uraian di atas, kita simpulkan sebagai berikut:
Setiap detil, pola dan warna di
langit dan di bumi telah diciptakan bagi manusia agar ia mengakui dan kemudian
menghargai keteraturan ini dan memikirkannya. Warna-warni di alam telah diatur
sedemikian rupa sehingga mempunyai daya tarik bagi jiwa manusia. Keselarasan
dan simetri sempurna tampak dalam warna, baik di dunia makhluk hidup maupun
benda mati. Situasi ini tentu saja akan membangkitkan pertanyaan-pertanyaan
dalam pikiran seseorang yang berpikir, misalnya:
Apa yang membuat bumi beraneka warna?
Bagaimana warna-war-na itu, yang menjadikan dunia kita luar biasa indah, dapat
terjadi? Siapa yang merancang keanekaragaman warna dan keselarasan di antara
war-na-warna tersebut?
Bisakah dikatakan bahwa segala
sesuatu muncul begitu saja karena perubahan-perubahan tak terarah yang
ditimbulkan oleh serangkaian kejadian kebetulan?
Tentu saja, tak seorang pun akan
menyatakan kemustahilan seperti itu. Kebetulan-kebetulan tak terkontrol tidak
dapat menciptakan apa pun, apalagi miliaran warna. Coba saja amati sayap
kupu-kupu atau bunga beraneka warna, yang masing-masing bagaikan keajaiban
seni. Jelas, tidak mungkin bagi akal sehat menganggap semua ini adalah hasil
dari proses yang tidak disengaja.
Kita akan memahami lebih baik fakta
ini jika kita mengambil sebuah contoh. Ketika seseorang melihat sebuah lukisan
yang menggambarkan pohon dan bunga di alam, ia tidak akan berkata, atau bahkan
berpikir, bahwa keselarasan warna, keteraturan pola dan desain dalam lukisan
ini muncul begitu saja karena kebetulan. Jika orang lain datang dan berkata,
“Kaleng-kaleng cat itu terguling ditiup angin, catnya tercampur, dan de-ngan
pengaruh hujan dan lain-lain, dan setelah melalui waktu yang lama, lukisan
indah ini terbentuk“, pastilah tak ada orang yang menganggapnya serius. Ada
situasi yang sangat menarik di sini. Meskipun tidak ada orang yang berusaha
mengajukan pernyataan tak masuk akal seperti itu, ada saja orang yang
menyatakan bahwa pewarnaan dan simetri sempurna di alam muncul melalui
proses-proses tidak disengaja. Evolusionis, misalnya, membuat tesis tentang
proses-proses kebetulan untuk menjelaskan masa-lah ini, dan mereka mengadakan
berbagai riset. Mereka tidak sungkan-sungkan mengeluarkan pernyataan-pernyataan
tidak berdasar dalam masalah ini.
Ini adalah kebutaan nyata, dan dengan
kebutaan seperti itu, orang akan sulit untuk disadarkan. Namun, seseorang yang
bisa lolos dari ke-butaan ini dengan menggunakan akalnya, akan memahami bahwa
dia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang penuh keajaiban di bumi. Dia juga
akan mengakui sepenuhnya bahwa lingkungan yang dilengkapi dengan kondisi paling
cocok untuk kelestarian hidup manusia, tidak mungkin terjadi karena kebetulan.
Seperti orang yang berpikir dan
mengakui keberadaan seorang pelu-kis ketika dia melihat lukisan, dia akan
mengerti bahwa lingkungan multiwarna di sekelilingnya yang penuh keselarasan
dan demikian indah juga ada penciptanya.
Pencipta ini adalah Allah, yang tidak
bersekutu dalam penciptaan, yang menciptakan segala sesuatu dengan penuh
keselarasan, dan yang menempatkan kita di dunia ini dalam limpahan banyak
keindahan de-ngan jutaan warna. Semua yang Allah ciptakan selaras sempurna satu
dengan lainnya. Allah menggambarkan keunikan cita rasa seni-Nya dalam
penciptaan melalui ayat Al Quran:
“Dialah yang telah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat cacat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat ada kekurangan?
Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya pengli-hatanmu akan kembali kepadamu
tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.“
(QS. Al Mulk, 67: 3-4) !
Kita selalu melihat dunia penuh warna
Jika gambar-gambar di atas dan di
bawah ini dibandingkan, kenikmatan melihat dunia penuh warna akan lebih mudah
dirasakan. Warna adalah salah satu karunia yang diberikan Allah kepada manusia
di dunia
Bab 1
Apakah Warna Itu?
Bagaimana Warna Dibuat?
Beberapa detil mempunyai tempat
penting dalam pikiran manusia dan itu tidak akan pernah berubah. Mari kita
mulai dengan pohon, yang sangat akrab dalam pandangan kita. Warna pohon hampir
pasti hijau atau nuansa hijau. Diketahui pula bahwa pada musim gugur, dedaunan
berubah warna. Sama halnya, langit berwarna biru, nuansa abu-abu saat mendung
atau kuning dan merah saat matahari terbit dan terbenam. Warna-warna buah tidak
pernah berubah; warna buah jambu dan salak sudah seperti itu, dan selalu kita
kenali dengan baik. Setiap makhluk hidup dan objek yang dipegang di bawah
cahaya memiliki warna. Perhatikan baik-baik pelbagai benda di sekeliling Anda.
Apa yang Anda lihat? Meja, kursi, pepohonan yang terlihat dari jendela, langit,
dinding rumah, wajah-wajah orang lain, buah yang Anda makan, buku yang Anda
baca saat ini.… Masing-masing mempunyai warna berbeda. Pernahkah Anda pikirkan,
bagaimana semua warna ini dibentuk dan ditata?
Mari kita cermati secara umum apa
yang diperlukan untuk pemben-tukan warna yang memainkan peran penting dalam
kehidupan (Poin ini akan didiskusikan kemudian dengan terperinci). Untuk
pembentukan warna tunggal, misalnya, merah atau hijau, setiap proses berikut
harus terjadi dan, lebih penting lagi, harus mengikuti urutan berikut ini.
1. Kondisi pertama yang diperlukan
untuk pembentukan warna adalah keberadaan cahaya (light). Dalam hal ini, ada
baiknya memulai dengan mencermati sifat-sifat cahaya yang berasal dari
matahari. Cahaya dari matahari yang datang ke bumi harus memiliki panjang gelombang
tertentu untuk menghasilkan warna. Bagian cahaya ini, yang dikenal sebagai
“cahaya tampak“, dibandingkan dengan semua cahaya lain yang dipancarkan
matahari adalah satu berbanding 1025. Proporsi cahaya yang kecilnya hampir tak
masuk akal ini, yang penting untuk pembentukan warna, mencapai bumi dari
matahari
2. Bahkan, sebagian besar sinar
(rays) yang dipancarkan matahari ke seluruh jagat raya mengandung beberapa
karakteristik yang membahayakan mata. Oleh karena itu, cahaya yang tiba ke bumi
harus dalam bentuk tertentu sehingga dapat ditangkap mata dengan mudah dan
tidak membahayakannya. Untuk itu, sinar ini harus melewati suatu filter. Filter
raksasa ini adalah “atmosfer“ yang menyelimuti bumi.
3. Cahaya yang melewati atmosfer
disebarkan ke seluruh permukaan bumi, dan ketika mengenai objek, cahaya ini
dipantulkan. Objek tempat cahaya jatuh harus dari jenis yang tidak menyerap
cahaya, tetapi memantulkannya. Dengan kata lain, kualitas struktur objek harus
selaras juga dengan cahaya yang mencapai bumi agar warna dapat terbentuk.
Kondisi ini juga terpenuhi dan gelombang cahaya baru dipantulkan dari objek
yang terkena cahaya matahari.
4. Syarat penting berikutnya dalam
proses pembentukan warna adalah keberadaan alat yang dapat mengindra gelombang
cahaya, yaitu mata. Sangat penting bahwa gelombang cahaya juga selaras dengan
organ penglihatan.
5. Sinar yang datang dari matahari
harus melewati lensa dan lapisan-lapisan mata dan kemudian diubah menjadi
impuls-impuls saraf di dalam retina. Sinyal ini kemudian harus diangkut ke
pusat penglihatan pada otak, yang bertugas menginterpretasikan pandangan.
6. Ada langkah terakhir yang harus
dipenuhi agar kita dapat 'meli-hat' warna. Tahap akhir dalam pembentukan warna
adalah interpretasi sinyal listrik sebagai “warna“ oleh sel saraf yang sangat
khusus di dalam pusat penglihatan otak.
Demikianlah, untuk pembentukan satu
warna saja, diperlukan urut-an proses yang sangat detail dan saling tergantung.
Semua informasi yang kita miliki
tentang warna menunjukkan bah-wa setiap proses yang terjadi selama pembentukan
warna diatur dalam keseimbangan yang rumit. Tanpa keseimbangan ini, tak pelak
lagi kita akan berada di dunia yang gelap, bukan dunia penuh warna cemerlang,
dan mungkin kita bahkan akan kehilangan kemampuan untuk melihat. Mari kita
anggap bahwa satu bagian saja, misalnya, sel saraf penerima sinyal listrik yang
dibangkitkan oleh retina, tidak ada. Yang terjadi adalah, cahaya matahari tidak
berada dalam spektrum tampak, bagian-bagian lain dari mata tidak berfungsi
secara utuh, dan keberadaan atmosfer saja tidak memadai atau mengkompensasi
kekurangan ini.
Peran
Retina dalam Melihat
Marilah kita mengkaji retina lebih
dekat dan lebih detail. Anggaplah bahwa zat pewarna (pigmentary substance) yang
disebut “rhodopsin“, yang bekerja di dalam retina, tidak ada. Rhodopsin adalah
zat yang berhenti berfungsi di bawah cahaya terang benderang tetapi berfungsi
kembali dalam kegelapan. Mata tidak dapat melihat dengan jelas dalam cahaya
remang-remang kecuali jika sejumlah rhodopsin dihasilkan dalam mata. Fungsi
rhodopsin adalah untuk meningkatkan efisiensi dan dengannya mata membangkitkan
impuls saraf dari cahaya remang-remang. Zat ini diproduksi sebanyak kebutuhan,
tepat pada saat diperlukan. Jika kese-imbangan rhodopsin terjaga, citra menjadi
jelas. Apa yang akan terjadi, jika rhodopsin yang sangat penting untuk proses
penglihatan, tidak ada? Jika demikian, manusia hanya bisa melihat di bawah
cahaya terang.2 Oleh karena itu, terbukti bahwa ada sistem sempurna di dalam
mata, yang telah dirancang sampai dengan detail sekecil-kecilnya.
Lalu, karya seni siapakah sistem ini,
yang menyelamatkan kita dari kegelapan dan menyajikan kepada kita sebuah dunia
penuh warna?
Setiap tahap yang telah disebutkan
sejauh ini mencakup serang-kaian proses, yang memerlukan adanya kebijaksanaan,
keinginan dan kekuasaan dalam penciptaan mereka. Jelaslah bahwa tidak mungkin
rangkaian proses yang ada dalam keselarasan seperti itu, telah terbentuk secara
kebetulan. Juga, tidaklah mungkin sistem seperti itu telah terben-tuk sendiri
sejalan dengan waktu. Hasilnya tidak akan berubah sama sekali jika jutaan atau
bahkan miliaran tahun dibiarkan berlalu. Sistem-sistem penyusun dunia yang
beraneka warna tidak akan pernah muncul secara kebetulan. Sistem-sistem
sempurna seperti itu hanya dapat mun-cul sebagai hasil dari desain khusus, yang
berarti bahwa mereka dicipta-kan. Allah memiliki kekuatan dan kebijaksanaan
abadi yang meliputi seluruh jagat raya. Contoh-contoh cita rasa seni Ilahi
dalam penciptaan yang tiada taranya tersebar di seluruh semesta. Desain unik
yang tampak jelas dalam pembentukan warna juga adalah ciptaan Allah semata.
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi; dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya; mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.“ (QS. Al Baqarah, 2: 117) !
Tak dapat dibantah lagi betapa
pentingnya warna dalam kehidupan manusia. Setiap benda mendapatkan arti dengan
warna-warna yang dimilikinya. Bayangkan, warna-warna yang Anda lihat pada foto
di samping ini (termasuk hitam dan putih) tidak ada sama sekali. Tentu saja,
Anda tidak bisa melihat apa-apa dalam foto itu. Untuk membentuk satu saja dari
sekian banyak warna pada objek-objek ini, ada beberapa faktor yang harus
dipenuhi, semuanya pada saat bersamaan. Allah telah membuat pembentukan warna
tergantung pada keberadaan sebuah sistem yang sangat terperinci.
“Maka apakah mereka tidak melihat
akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan
menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun.” (QS. Qaaf,
50:6) !
Melalui lapisan-lapisan khusus yang
dimilikinya, atmosfer menyerap hampir semua sinar berbahaya yang berasal dari
matahari atau luar angkasa. Allah telah merancang setiap lapisan ini demi
kehidupan di bumi.
Bersambung ke post berikutnya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Desain Grafis /
Seni Rupa
dengan judul "Apakah Warna Itu? Bagaimana Warna Dibuat?". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sen1budaya.blogspot.com/2013/06/apakah-warna-itu-bagaimana-warna-dibuat.html
0 komentar "Apakah Warna Itu? Bagaimana Warna Dibuat?", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment