Saturday, February 18, 2012

PAPARAN PENELITIAN P. SENI RUPA


Penelitian dewasa ini berarti pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan suatu masalah. penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari dan menganalisis fakta-fakta suatu masalah. Sehingga penelitian merupakan upaya untuk mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan yang dilakukan secara sistematis, menurut penalaran manusia dan didukung data empirik, sehingga dapat diperoleh kebenaran objektif (kebenaran ilmiah). Sedangkan penelitian dalam pendidikan seni rupa merupakan penelitian yang dilakukan dalam lingkup pendidikan khususnya pendidikan kesenirupaan.

Pada hakikatnya penelitian mempunyai fungsi penemuan, pengujian kebenaran, dan pengembangan pengetahuan. Berdasarkan fungsi-fungsi penelitian tersebut dapat diidentifikasikan fungsi-fungsi penelitian lainnya; misalnya fungsi pemecahan masalah, fungsi kebijaksanaan dan fungsi penunjang pembangunan. Dalam bidang penelitian pendidikan seni rupa, fungsi pemecahan; masalah dapat berupa berkenaan dengan kualitas pengajaran, kualitas hasil belajar, relevansi pendidikan seni rupa dan lain-lain.

Dalam fungsi kebijaksanaan dalam pendidikan seni rupa; misalnya meliputi kurikulum, pendidikan guru seni, guru bidang studi seni, dan lain-lain. Pada fungsi kebijaksanaan dalam penelitian pendidikan seni rupa umumnya dilakukan untuk merumuskan kebijaksanaan dalam rangka perbaikan kinerja personal (guru pendidikan seni rupa) atau lembaga. Penelitian ini pada hakikatnya hampir sama dengan penelitian pemecahan masalah, perbedaannya pada ruang lingkup manfaat dan pemanfaatanhasil penelitiannya. Fungsi penunjang pengembangan artinya penelitian dilakukan untuk kepentingan pembangunan; misalnya peranan pendidikan seni rupa dalam pembangunan moral, peranan pendidikan seni rupa dalam program pembangunan pariwisata dan sebagainya.

Konsep

Istilah konsep dalam kegiatan penelitian lazim digunakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu, ide atau makna tertentu, dengan menggunakan sebuah kata atau lebih atau symbol tertentu. Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau sederetan kata yang menggambarkan dan menjelaskan ide tertentu yang secara langsung dapat diamati. Konsep mutlak ditegaskan dalam kegiatan penelitian dan disesuaikan dengan pendekatan atau bidan yang secara khusus melingkupinya.

Konsep dalam penelitian seni rupa misalnya; istilah membentuk dalam seni rupa dideskripsikan sejelas mungkin, sehingga tidak terjadi kesalahan pengertian dan mengakibatkan putusnya komunikasi dengan pembacanya. Pembaca harus mempunyai pemahaman yang sama dengan peneliti bahwa yang dimaksud dengan “membentuk” adalah membuat atau berkarya patung yang dapat diwujudkan melalui teknik-teknik membutsir, kontruksi, cukil dan cetak.

Hipotesis

Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang spesifik. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variable-variabel, dapat diuji, mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.

Adapun fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing pikiran peneliti dalam memulai penelitian, menentukan tahapan atau prosedur penelitian, membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam tesis. Ada beberapa tipe hipotesis, yaitu: 1.hipotesis nol mengandung arti tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada hubungan, atau tidak ada perbedaan, 2.hipotesis alternative adalah pernyataan operasional dari hipotesis penelitian. Bila hipotesis alternatif berdasarkan teori maka disebut hipotesis deduktif. Tetapi bila hipotesis alternatif berdasarkan pengamatan disebut hipotesis induktifh, 3.hipotesis non- directional tidak menunjukkan suatu arah. Untuk itu digunakan uji dua pihak, 4.hipotesis directional memperlihatkan arah pengaruh atau arah perbedaan.

Contoh hipotesis nol (Ho) ; Tidak ada perbedaan kreatifitas antara anak yang diberi keleluasaan dengan anak yang dikekang dalam keluarga.

Contoh hipotesis alternative (Ha) ; Ada perbedaan kreativitas antara anak yang diberi keleluasaan dengan anak yang dikekang dalam keluarga atau Kreativitas anak yang diberi keleluasaan lebih tinggi daripada kreativitas anak yang dikekang (hubungan positif) ; atau kreativitas anak yang dikekang lebih tinggi daripada kreativitas anak yang diberi keleluasaan (hubungan negatif).

Penelitian Deskriptif

Seperti kita ketahui bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama metode penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Misalnya; Studi mengenai minat siswa terhadap pendidikan seni budaya pada suatu daerah pada tahun pelajaran 2008.

Dalam penelitian deskriptif mengenai contoh penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah dalam hal ini penelitiannya adalah tentang minat siswa terhadap pendidikan seni rupa yang berada di suatu daerah tertentu.

Salah satu sumbangan yang sangat penting penelitian deskriptif yaitu penelitian ini sangat logis dalam menyebarluaskan informasi atau menciptakan hubungan masyarakat yang baik. Akhirnya, metode deskriptif sangat cocok untuk penyelidikan yang menyediakan standar ukuran normative berdasarkan hal-hal yang umum.

Penelitian Historis

Kata sejarah atau historis adalah gambaran secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta masa lampau. Berarti penelitian sejarah (historis) adalah penelitian yang berusaha merekonstruksi kejadian masa lalu dengan syarat sistematis, objektif dan akurat.

Contoh penelitian historis dalam pendidikan kesenirupaan : pelaksanaan pendidikan Program Khusus Diploma Pendidikan Guru Kerajinan dan pengangkatannya; pengembangan kurikulum SMA yang mengintegrasikan pendidikan ketrampilan vokasional atau uji coba kurikulum SMA.
Penelitian Perkembangan

Penelitian perkembangan adalah, penelitian yang berusaha untuk mengkaji pola pertumbuhan/perubahan dari satu objek atau subjek yang diteliti, yang dikaji yang berkaitan dengan fungsi dan waktu.

Studi longitudinal mengenai perkembangan atau tahapan menggambar anak-anak untuk menetahui karakteristik karya anak-anak dalam usia yang berbeda-beda; studi cross sectional mengenai karakteristik dan perubahan-perubahan pada sejumlah objek dalam menggambar dari beberapa kelompok umur yang mewakili setiap taraf perkembangan; studi mengenai kecenderungan para guru membelajarkan seni rupa di SD pada masa lalu, sehingga dapat diramalkan pola-pola pembelajaran seni rupa masa datang.

Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variable-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Sifat-sifat perbedaan kritis adalah usaha menaksir hubungan dan bukandeskripsi saja (Fok, 1969). Melalui penelitian tersebut kita dapat memastikan berapa besar yang disebabkan oleh satu variable dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Salah satu keuntungan dari penelitian korelasional adalah, dalam menyebarluaskan informasi atau menciptakan hubungan masyarakat sangat logis dan baik. Sedangkan salah satu kerugiannya adalah, penelitian ini memberikan informasi yang terbatas tentang pengaruh variabel-variabel yang diteliti.

Contoh penelitian dalam bidang pembelajaran seni rupa : Studi korelasi antara tes bakat dengan keberhasilan belajar mahasiswa Jurusan Seni Rupa; Studi korelasi antara pola asuh dengan kreativitas seseorang; Studi komparasi hubungan antara skor SPMB dengan IP komulatif mahasisw Jurusan Seni Rupa Angkatan 2005 dan Angkatan 2006.

Contoh Penelitian Kausal Komparatif

Penelitian mengenai faktor-faktor dari karakteristik individu yang dapat menggambar manusia dengan baik berdasarkan catatan atau data yang terdapat di BAAKPSI dan Jurusan; Penelitian mengenai pola-pola perilaku dan prestasi belajar seseorang berkaitang dengan perbedaan usia ketika masuk SD berdasarkan data atau catatan perilaku dan nilai hasil belajar yang bersangkutan mulai kelas satu SD hingg kelas enam SD.

Penelitian Eksperimen

Dalam bidang pendidikan (Seni Rupa) penelitian eksperimen dapat dilakukan di lapangan (outdoor) atau di kelas (indoor). Hasil penelitian eksperimen di dalam kelas (indoor) dapat direplikasi karena kontrolnya terhadap lingkungan lebih ketat, sehingga variable-variabel bebasnya dapat diisolir. Sementara itu eksperimen lapangan (outdoor) tidak dapat dilakukan secara ketat-sempurna. Karakteristik umum penelitian eksperimen; adanya control atau pengendalian, adanya manipulasi atau perlakuan, adanya pengamatan atau pengukuran.

Contoh penelitian eksperimen dalam pendidikan seni rupa: penelitian untuk mengetahuai pengaruh dua metode pembelajaran menggambar alam benda di SMP berdasarkan tingkat usia dan taraf IQ siswa (tinggi, sedang, rendah) dengan penempatan guru secara acak berdasarkan intelegensi, tingkat usia, dan metode mengajar.

Penelitian Studi Kasus

Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama selama kurun waktu tertentu, disebut dengan studi kasus. Contoh penelitian Studi kasus dalam kaitannya dengan pendidikan seni rupa, factor yang mempengaruhi malasnya siswa dalam menghadapi pelajaran seni budaya; Kecenderungan mahasiswa jurusan seni rupa dalam mengikuti mata kuliah teori.

Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan bertujuan untuk perbaikan kinerja atau penampilan pada suatu bidang atau kegiatan tertentu yang sedang dan atau akan berlangsung. Apabila diimplementasikan dalam dunia pendidikan atau penelitian kelas, maka diharapkan adanya upaya perbaikan praktik-praktik pembelajaran dan atau pendidikan. Perbaikan praktik pembelajaran atau pendidikan, artinya harus mencakupi perbaikan-perbaikan keseluruhan unsure pembelajaran secara simultan.

Contoh penelitian dalam dunia pendidikan (seni rupa) : Pembelajaran menggambar bentuk kelas-kelas rendah; pembelajaran apresiasi karya-karya kelas tinggi; implementasi metode pembelajaran baru sebagai bentuk inovasi pembelajaran melukis di Sekolah dasar.

Contoh-contoh Rumusan Masalah (bidang penelitian pendidikan seni rupa)

1. Judul penelitian “ Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Jepara Terhadap Pelajaran Seni Budaya” Rumusan masalah “ bagaimanakah motivasi siswa SMP Negeri 2 Jepara terhadap pelajaran seni budaya?”

2. Judul penelitian “ Korelasi Antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 2 Jepara” Rumusan masalah “ adakah korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Jepara?”

3. Judul penelitian “ Pengaruh Faktor Keturunan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Anak “ Rumusan masalah “ adakah pengaruh Faktor Keturunan orang tua terhadap prestasi belajar anak?”.

Contoh-contoh dalam permasalahan penelitian pendidikan seni rupa dan seni rupa:

Tugas-tugas menggambar perspektif kepada murid kelas satu SMA menjadikan para murid tersebut tidak senang terhadap mata pelajaran seni rupa. (apakah tugas tugas menggambar perspeektif kepada para murid kelas sati SMA menjadikan para murid tersebut tidak senang terhadap mata pelajaran seni rupa?)

Bagaimana dan dari manakah data penelitian dapat diperoleh? Dalam hal ini peneliti harus menetapkan variable penelitiannya, yaitu : hubungan antara pemberian tugas-tugas menggambar perspektif dengan ketidaksenangan murid terhadap mata pelajaran seni rupa atau dapat di rumuskan sebagai berikut :

Variabel Pertama : pemberian tugas menggambar perspektif

Variabel Kedua : Ketidaksenangan murid terhadap mata pelajaran seni rupa.

Menyimak variable-variabel tersebut dapat ditetapkan bahwa informasi yang berkenaan dengan variabel tersebut adalah para murid kelas satu dan guru seni rupanya.

Selain para murid kelas satu dan guru seni rupanya, kiranya orang tua murid tersebut dapat pula memberikan informasi mengenai kondisi anak-anaknya yang dikenai tugas menggambar perspektif dan ketidaksenangannya terhadap mata pelajaran seni rupa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari permasalahan penelitian tersebut : (a) Subjek penelitiannya adalah murid kelas satu SMA, (b) responden penelitiannya adalah murid kelas satau SMA, guru seni rupa dan orang tua murid tersebut (c) sumber data penelitiannya sama denagn responden penelitian.

Dalam kasus diatas, subjek penelitiannya adalah “murid kelas satu SMA” artinya subjek penelitian tersebut meliputi seluruh murid kelas satu SMA tanpa kecuali. Dalam kondisi subjek yang demikian banyak, penelitian sulit dilaksanakan karena keterbatasan-keterbatasan dana dan waktu. Oleh karena itu populasi penelitian perlu dibatasi, misalnya dengan menambahkan atribut tertentu pada subjek penelitiannya. Contoh-contoh : murid kelas satu SMA di Kota Semarang, murid kelas satu SMA di Kota Semarang lahir di Jawa dan berjenis kelamin laki-laki, murid kelas satu SMA di Kota Semarang lahir di Jawa dan berjenis kelamin laki-laki berpostur tubuh tinggi, dan sebagainya.

Pembatasan populasi tersebut dapat pula dilakukan dengan bentuk tehnik sampling atau penyampelan.



Daftar Pustaka



Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ismiyanto, PC. S., M. Pd. 2003. Metode Penelitian. Bahan Ajar Tertulis Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang.

Sevila, Consuelo G. dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press

Tuesday, February 14, 2012

Cara Membuat Blogroll Dengan Efek Scroll

Ada yang belum tahu apa itu scrollbar ???

Bagi yang belum tahu scrollbar, berikut ini akan dijelaskan sedikit tentang scrollbar. Scrollbar adalah kotak yang berisi sebuah konten yang dapat digulung/ditarik kesamping maupun ke atas ke bawah sehingga konten yang terdapat didalamnya dapat dilihat dengan cara menggulungnya.
Fungsi utama dari scrollbar adalah untuk menghemat tempat agar sebuah konten terlihat tidak terlalu panjang maupun lebar.


Isi scrollbar bermacam-macam tergantung kebutuhan si pengguna, ada yang memanfaatkannya untuk memperingkas tampilan banner, daftar isi, arsip suatu blog, iklan, feedjit seperti di blog saya ini maupun kumpulan link sahabat/blogroll.

Kali ini saya akan memberitahu Cara Membuat Blogroll Dengan efek Scroll.

Berikut ini adalah contoh Blogroll yang dibuat Dengan Fungsi Scroll 

 



Untuk membuat blogroll dengan scroll seperti di atas yang diperlukan hanyalah menambahkan kode berikut ini :
<div style="border: 1px solid #eee; height: 30px; overflow: auto; padding: 20px; width: 500px;">
<ol>
<li><a href="http://isi-dengan-url-blogAnda">text</a></li>
<li><a href="http://isi-dengan-url-blogAnda">text</a></li>
<li><a href="http://isi-dengan-url-blogAnda">text</a></li>
<li><a href="http://isi-dengan-url-blogAnda">text</a></li>
</ol>
</div>

Copy kode tersebut kemudian letakkan dalam halaman postingan maupun di sidebar blog Anda (Desain -> Elemen -> Javascript/HTML)
code yang berwarna merah adalah untuk mengatur warna garis tepi.
code yang berwarna biru untuk mengubah tinggi dan lebar scrollbar.
code yang berwarna hijau dapat anda rubah sesuai dengan kebutuhan anda.


Monday, February 6, 2012

BATIK LOH BANDENG GRESIK



Batik Loh Bandeng Merupakan Salah Satu Batik Khas Kabupaten Gresik khususnya di daerah Gresik Selatan. Kekhasannya telah disahkan oleh HAKI pada tahun 2010 lalu.

"Sanggar Rumpaka Mulya" Desa Wringinanom RT 01 RW 03 Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menciptakan motif baru ikon batik Gresik "Loh Bandeng"

Motif Loh Bandeng cukup sederhana, tetapi motifnya sangat menari. Ikan bandeng digambarkan dengan sisiknya yang sedikit menonjol berjajar setengah badan.

Kemudian ditutup dengan kreasi gradasi warna, dengan pewarnaan gelap dan terang yang menimbulkan efek tiga dimensi.

"Desain ini sengaja kami ciptakan, agar mudah dibuat dan dipelajari para pengusaha bathik," kata Anang Samsul Arifin pemilik sanggar Rumpaka Mulya dan sekaligus pencetus batik "Loh Bandengan"

Ia menjelaskan, sekarang ada keengganana membatik membutuhkan keterampilan dan kesabaran ekstra. Tapi jika melihat motif Loh Bandeng, paradigma itu akan luntur.

"Kami sengaja menyederhanakan motifnya, sehingga untuk menggairahkan batik yang sudah menjadi seni dan bidaya bangsa Indonesia. Agar menggairahkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memproduksi batik Loh Bandeng," ujarnya

Arifin memastikan, saat ini ratusan tenaga telah siap untuk memproduksi batik Loh Bandeng. Selama ini di Sanggar Rumpaka Mulya di Desa Wringinanom RT 01 RW 03 Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik selalu diadakan pelatihan.

Pesertanya beragam, mulai dari buruh pabrik, guru, ibu rumah tangga, dan siswa. Tidak hanya warga dari Gresik yang tertarik belajar Loh Bandeng, ada yang dari Malang, Probolinggo, Tuban, dan Bojonegoro berdatangan mempelajari batik Loh Bandeng.

"Sebelum kami pasarkan secara massal, kami saat ini tengah mempersiapkan tenaga, semakin banyak orang yang bisa membatik Loh Bandeng, motif baru ini akan semakin banyak dikenal di masyarakat, selain itu kita tidak akan kekurangan SDM,? kata pria yang menjadi pencipta busana khas Pasuruan tahun 2003 lalu.

Artinya, selain menciptakan tenaga pembatik, saat ini dia tengah melakukan promosi, baik melalui pelatihan atau pameran-pameran. Semakin banyak orang yang memiliki keterampilan membatik Loh Bandeng menurut Arifin akan semakin meningkatkan nilai jualanya.

Bapak dua anak ini sengaja memilih bandeng sebagai objek utama batiknya, karena bandeng paling representatif mewakili masyarakat Gresik yang sebagian besar petani bandeng, khususnya di daerah pesisir utara. Sedangkan kata "loh" sendiri diambil dari Bahasa Jawa yang artinya `ikan`.

Batik Loh Bandeng, bandeng-bandeng tersebut digambarkan bergerombol searah tanpa kepala memiliki arti filosofis.

"Kami menyukai kebersamaan, di dalam kebersamaan kita adalah sama, karena itu digambarkan tanpa kepala. Kebersamaan menggambarkan keharmonisan, kita tidak akan bisa bersama tanpa memiliki tujuan yang sama," papar pria kelahiran Malang tahun 1963 tersebut.

Selain ikan bandeng, Arifin juga memiliki desain baru lain, yaitu menggabungkan objek rusa Bawean, pohon buah merah asli Bawean, dan sungai Brantas. Arifin memilih rusa endemik Bawean dan pohon buah merah karena ingin menonjolkan kekhasan Gresik, sedangkan sungai Brantas dia tampilkan, sebagai wujud keprihatinan dia dan warga lain di Wringinanom yang tinggal di bantaran sungai Brantas.

"Sungai Brantas di daerah kami sangat kotor, alangkah indahnya jika sungai itu bebas dari sampah dan polusi," jelasnya.

Batik Loh Bandeng ini dibuat dengan menggunakan pewarna alami. Misalnya, warna kuning dibuat dari buah nangka, merah dari mengkudu atau biji pohon kesumba, kuning kehijauan dari buah mangga.

"Target kami adalah pasar internasional, dan mereka biasanya lebih menyukai produk yang berbahan alami," kata Arifin.

Saat ini, dia memastikan tenaga pembatik telah siap. Dia mempersilahkan jika ada investor yang ingin menggunakan batik Loh Bandeng untuk diproduksi secara masal. Arifin memastikan jika batik Loh Bandeng memiliki nilai tawar yang tinggi. Dia mencontohkan, saat pameran, beberapa produk Loh Bandeng yang dia buat tidak pernah tersisa untuk dibawa pulang kembali, selalu habis terjual.

"Pertama kali pameran, batik Loh Bandeng ditawar oleh seorang pembeli yang mengaku seniman dari Bali seharga Rp 5 juta, padahal biaya produksi batik itu hanya Rp 900 ribuan," ceritanya.

Sementara itu, dalam waktu dekat, Arifin akan mematenkan batik Loh Bandengnya. Kendati demikian, semua orang berhak menggunakan motif batik Loh Bandeng tanpa mencantumkan nama dia sebagai penciptanya.

"Kami menerima dengan senang hati jika ada investor yang berkenan untuk memproduksi batik Loh Bandeng," pungkas Arifin.

Saturday, February 4, 2012

CARA MELINDUNGI DATA RAHASIA DI SITUS WEB

Dalam sebuah hosting atau web server, seringkali ditemui banyak folder-folder. Kebanyakan berupa folder penyimpanan Content Management System (CMS) atau aplikasi dan plugins.

Namun, adakalanya juga seorang user menyimpan data dalam folder di web server atau hosting. Tujuannya, untuk berbagi file dengan orang lain.

Misalnya, Anda meletakkan dalam folder Data_Rahasia. Kemudian link atau URL lokasinya dibagi ke orang lain agar bisa diunduh. Alamatnya adalah www.webanda.com/Data_Rahasia/.

Fenomena yang (sayangnya) kerap dilakukan di situs 'pelat merah' ini sebenarnya sangat beresiko. Bisa jadi, dengan bantuan mesin pencari, data yang kita simpan diambil oleh orang yang tidak diharapkan.

Untuk mencegah hal itu, ada sebuah cara yang bisa digunakan. Hanya dengan membuat sebuah file sederhana. Sebuah file yang lazim dikenal dengan nama .htaccess.

Dengan file .htaccess, maka file dalam folder penyimpanan tidak bisa dibuka melalui browser. Hanya bisa dibuka menggunakan aplikasi File Transfer Protocol (FTP) atau melalui fitur File Manager dalam control panel hosting.

Berikut ini langkah-langkahnya:

Pertama, membuat file .htaccess.
• Bukalah aplikasi editor teks yang biasa Anda pakai.
• Pengguna Windows bisa menggunakan Notepad, pengguna Linux bisa menggunakan Text Editor atau perintah vi dalam console mode. Sedangkan pengguna Mac bisa menggunakan TextEdit.
• Isikan baris-baris perintah ini:
AuthType Basic
AuthName “Test .htaccess”
Require user test
• Simpan file ini dengan nama .htaccess. Jika tidak diizinkan oleh sistem operasi Anda menyimpan file bernama .htaccess, simpan saja dalam nama yang lain.

Kedua, upload file .htaccess dalam folder yang ingin Anda lindungi.
• Dalam hal ini di www.webanda.com/Data_Rahasia/.
• Upload biasanya dilakukan menggunakan FTP.
• Setelah selesai, ubah nama file menjadi .htaccess.

Voila! Folder Anda (www.webanda.com/Data_Rahasia/) sudah tidak bisa diakses sekarang.

WANITA NERAKA

Rasulullah S.A.W bersabda: Aku melihat ke dalam neraka, maka aku lihat kebanyakan penghuninya kaum wanita, yang demikian itu disebabkan oleh kerana jarang taat kepada Allah dan RasulNya serta suami mereka dan kerana banyak bersolek untuk mempamerkan kecantikan.

Lalu Rasulullah bersabda: "Aku menangis sewaktu aku diisrakkan ke atas langit, aku melihat para wanita umatku tengah disiksa di dalam neraka. Aku melihat 10 macam siksaan bagi kaum wanita, yaitu:

1. Orang perempuan yang digantung dengan rambutnya, adalah kerana dia tidak mahu tutup (melindungkan) rambutnya daripada dilihat oleh lelaki lain.

2. Orang perempuan yang digantung dengan lidahnya, adalah kerana dia suka menyakiti hati suaminya dengan kata-katanya. Rasulullah s.a.w.bersabda: "Seseorang wanita yang menyakiti hati suaminya dengan kata-katanya, maka Allah s.w.t akan melebarkan lidahnya di hari kiamat nanti selebar 70 zira dan akan mengikat di belakang lehernya."
Dari Usman r.a berkata Bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: " Seseorang perempuan yang mengatakan kepada suaminya dengan berkata: 'Aku belum pernah melihat kebaikanmu', maka sesungguhnya Allah s.w.t akan menghapuskan amal kebaikannya selama 70 tahun, walaupun dia berpuasa da n siang hari dan mengerjakan solat pada malam hari."

3. Orang perempuan yang digantung dengan buah dadanya, adalah kerana dia menyusui anak orang lain dengan tidak mendapat izin suaminya.

4. Orang perempuan yang diikat kakinya, adalah kerana dia keluar rumah tanpa mendapat izin suaminya terlebih dahulu dan tidak mandi hadas, bagi membersihkan diri seteleh habis haid atau nifas.

5. Orang perempuan yang makan badannya sendiri adalah kerana berhias untuk dilihat oleh lelaki lain dan mereka yang suka membicarakan keaiban orang lain.

6. Orang perempuan yang memotong-motong buah dadanya sendiri dengan gunting-gunting dari neraka adalah kerana dia memasyhurkan dirinya di kalangan orang ramai, dan mermaksud supaya orang melihat akan tertarik kepadanya sebab perhiasan yang dia pakai.

7. Orang perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya sehingga sampai kepada ubun-ubunnya, dan dibelit dengan beberapa ekor ular dan kalajengking adalah kerana dia itu boleh solat, puasa tetapi dia tidak mahu mengambil wuduk dan dia tidak mahu mengerjakan solat serta tidak mahu mandi junub.

8. Orang perempuan yang kepalanya seperti kepala babi dan badannya pula seperti keldai adalah kerana dia suka mengadu domba dan sangat suka berdusta.

9. Orang perempuan yang berbentuk seperti anjing, adalah kerana dia itu ahli fitnah dan suka marah kepada suaminya.

10. Dan perempuan yang menyerupai anjing, api masuk ke dalam mulut serta keluar dari duburnya itu adalah perempuan yang suka mengungkit-ungkit pemberiannya, iri hati, dengki dan tidak taat kepada suaminya.

Inilah azab dan kesengsaraan yang dialami oleh wanita yang telah dilihat oleh Rasulullah s.a.w ketika dibawa ke langit semasa peristiwa Israk dan Mikraj.

WANGI KAKI IBU


KETIKA bibir dan hidungnya menyentuh punggung kaki yang cokelat keriput itu, ia merasakan air matanya menetes. Membasahi permukaan kulit yang kisut. Terguling dari tonjolan otot menuju lingir telapak kaki, sebagian ke sela jemari.

"Aku tahu, bukan kamu yang membunuhnya," bisik serak seorang perempuan tua, yang kedua mata-kaki kanan dan kirinya sedang ia dekap.

Entah siapa yang memberi kabar indah itu ke telinga yang mungkin tak sepenuhnya berfungsi. Atau ada yang langsung membisikkan ke ceruk hatinya? Membuat lelaki itu teringat perjalanan yang sesungguhnya tak panjang, namun dirasakan sangat berlarut-larut. Semata oleh pikiran yang kalang-kabut.

SUBUH retak melahirkan fajar. Takbir menggema di telinga, dari pelbagai surau, yang terletak jauh maupun dekat. Dipantulkan oleh bening embun. Membubung ke awan-gemawan yang parasnya sedang dipulas rona lembayung. Angin reda, membuat pohonan yang belum menjelaskan warna daunnya terdiam tunduk, seperti sabar menanti perintah berikutnya. Di dalam rongga dadanya yang kurus, tampak dari kemejanya yang terasa demikian longgar, ada sebersit ngilu berdesir.

Ia baru saja meninggalkan stasiun Tugu. Dengan langkah bimbang, tak ubahnya selembar daun kering yang terseret angin, ia merasa harus mengenali kembali setiap ruang dan benda yang dilalui. Toko-toko yang berderet memanjang ke Malioboro masih menutup pintu. Atau mungkin hari ini tak akan membuka dagangan, karena tiba Lebaran. Jalan aspal yang memiliki beberapa lubang akibat genangan air, tak berbeda dari kota yang ia tinggalkan. Trotoar dengan warna paving-block yang tak sama antara satu dengan yang lain, tentu lantaran pernah terbongkar di sana-sini. Dan yang terhirup ke dalam paru-parunya adalah udara yang menebarkan aroma tersendiri: sisa malam yang tersangkut dan terlambat sirna.

Ini wajah kota kelahiran, yang pernah memberikan keindahan masa kanak-kanak. Ketika Janti masih berupa jalan tanah berbatu. Ketika Hotel Ambarukmo berdiri paling megah dan bergaya di Jalan Solo. Dan Demangan merupakan pusat jajan dengan bakso, es buah, sate, dan limun berwarna-warni. Lalu ia, dulu sekali, mengendarai sepeda ringkih, selalu menghabiskan hari-hari Ramadan dengan menyewa komik atau membacanya di kios persewaan itu sambil menunggu magrib. Terbayang dalam kenangan: Barda Mandrawata sebagai Si Buta dari Gua Hantu. Pendekar Bambu Kuning. Gundala Putera Petir karya Hasmi dari kota ini. Peni sudah Mati. Ah, Peni! Itu tokoh utama dalam komik roman karya Jan Mintaraga. Tokoh yang sesungguhnya telah mati. Dan seorang perempuan lain telah menyamar sebagai Peni, seolah-olah masih hidup, tak berdaya di atas kursi roda, namun sanggup membongkar kematian Peni yang dilatari ketamakan atas harta warisan...
Dan Peni, seseorang yang seharusnya sangat dicintai, kini juga telah mati. Sejenak jemari tangan kanannya bergetar bagai diserang tremor. Ia menggigil bukan oleh dingin pagi yang mengusap dada kerempengnya. Tapi oleh ingatan yang membuatnya harus pulang ke kota kelahiran.

Matanya memandang ke segala arah. Ia mencari becak. Ada beberapa becak teronggok di ruas jalur lambat Jalan Pangeran Mangkubumi, tapi pemiliknya masih meringkuk dengan sarung lusuh. Ah, apakah mereka tak mendengar suara takbir dari pengeras suara masjid di sana-sini? Ini hari Lebaran. Seharusnya mereka berkumpul dengan istri dan anak di rumah sumpek masing-masing. Atau jika masih bujangan, boleh juga sesekali begadang di surau demi hari yang istimewa ini. Tapi, kadang-kadang, Lebaran memang memberikan ironi kepada sejumlah orang. Ketika seharusnya sebuah hati digenangi kebahagiaan, ada sebagian yang mendapati dirinya tenggelam dalam duka paling dalam. Dia, barangkali, menjadi salah seorang di antara mereka.

Apakah sebaiknya berjalan kaki ke Janti? Tentu akan tiba kesiangan di rumah, yang separo dindingnya masih bertahan dengan papan kayu. Sepanjang perjalanan tentu akan berpapasan dengan rombongan jamaah shalat Ied. Tentu akan banyak mata memandangnya dengan raut muka bertanya-tanya. Siapakah lelaki yang melangkah gontai seperti tanpa tujuan itu? Sebuah pertanyaan yang tak mungkin terucapkan dari wajah-wajah gembira, yang bersinar oleh cahaya kemenangan Ramadan. Sebuah pertanyaan yang lebih baik sembunyi dalam hati mereka, ketimbang menyinggung perasaan. Ini hari yang akan dipenuhi oleh hati orang-orang sabar, jiwa-jiwa yang memaafkan. Bukan untuk menyimpan tanda tanya.

Maka ia memberanikan diri untuk menggugah seorang tukang becak yang kebetulan sedang menggeliat. Orang itu tampak kaget, serentak mengucek mata, dan memandang langit yang mulai semburat kuning.

"Antarkan aku ke Janti."
Penarik becak itu sedikit termangu. Memandang lurus ke wajah tirus.

"Apakah Sampean merasa mengenalku, Mas?"
Penarik becak itu tergesa menggeleng. Kemudian turun untuk berpindah tempat ke belakang dan mempersilakan calon penumpangnya naik. Udara pagi mengiringi kayuhan yang masih berat oleh beban kantuk. Seperti sebuah pena yang menggaris kertas kosong, becak itu meluncur dalam sunyi. Kesunyian yang sebentar lagi pecah oleh para jamaah dari banyak gang perumahan.

Sepanjang jalan, lelaki di dalam becak itu berpikir: apakah ini keputusan yang benar? Mengunjungi Ibu untuk menyampaikan kegagalan? Ia gemetar bagai demam, dan ingatan tentang sebuah malam jahanam melintas begitu keras di benaknya.

CAHAYA bolam lima belas watt sejenak terhalang bayang, seperti padam seketika. Membuat matanya mendadak terbuka. Menyadari ada seseorang masuk ke dalam kamarnya yang tak pernah dikunci, ia segera bangkit duduk. Waspada.
"Maaf, aku mengganggu. Tapi ini sungguh penting. Aku menemukan Peni!"
"Oh," lelaki tuan rumah itu mengusap matanya. Kata "Peni" terdengar sangat penting di telinganya. Ia meraih gelas di samping tempat tidur dan segera minum air putih yang tersisa.
"Di mana?"
"Maaf, jangan membuatmu kaget. Di sebuah klinik tersembunyi, tempat aborsi."
"Astaghfirullah."
"Apa yang harus aku lakukan?"
Lelaki itu tampak tercenung. Seperti sedang mengumpulkan seluruh kesadaran, mengusir sisa-sisa mimpi berkarat.
"Membawanya kemari," ujarnya dengan suara serak.
Si pembawa berita tampak ragu-ragu.
"Aku kakak kandungnya, Bung! Jadi aku berhak memanggilnya."
"Jika dia tak mau?"
"Paksa!"
"Jika dia ternyata punya suami..."
"Masya Allah, aku masih ingat kata-katamu. Dia kaulihat berganti-ganti lelaki. Kudengar darimu juga, dia pernah digerebek polisi saat pesta shabu-shabu, dan ditebus oleh seseorang..."
Mereka berdua terdiam. Waktu merambat menuju saat makan sahur. Mereka menyadari, suara keras percakapan akan terdengar di bilik kiri dan kanan.
"Mungkin yang terpenting adalah bahwa kamu tahu, dia lari dari rumahku, tapi tidak pulang ke Yogya untuk merawat Ibu yang sudah sepuh. Berbulan-bulan aku mencarinya, tanpa berani menyampaikan secara jujur kepada Ibu. Aku mencarinya!"
"Tapi... dia telah membuatmu terusir dari jamaah di Al-Hidayah, mencoreng namamu sebagai pengurus majelis ta'lim..."
"Itu tidak penting," Lelaki itu menahan napas. Sebersit rasa sedih melintas ngilu. "Adalah dosaku jika sampai Peni terseret ke jurang gelap. Itu sebabnya aku ingin menemuinya dalam bentuk apa pun."
"Baik, aku akan mencobanya."
"Atau...," Lelaki itu tampak berpikir. "Begitu kamu mendapatkannya, teleponlah aku. Biar aku yang mendatanginya."

Sang tamu mengangguk lalu berpamitan. Suara televisi di bilik sebelah menyiarkan fragmen tematik Kampung Lele. Terdengar tawa penghuninya yang tergelitik oleh perdebatan antara Opie, Mali, dan Bolot...

SUASANA begitu tegang saat ia tiba di klinik yang tersembunyi dalam gang. Perempuan dengan rambut masai memaksakan diri bangkit dari pembaringan, menyibak gorden pembatas dan bergegas keluar dari kamar. Langkahnya tertegun di pintu, tangannya memegang erat kusen kayu, menahan rasa sakit entah di mana. Dalam pandangan kabur, ia melihat lelaki yang sangat dikenalnya. Rasa takut membuat kepalanya berkunang-kunang.

Lelaki itu memburunya. Dipeluknya perempuan yang limbung itu, jatuh memberat ke dadanya. Ia melihat matanya terkatup rapat, bulu matanya bergetar. Barangkali darah mengaliri betis, ke lantai, basah dan terasa lengket di telapak kaki yang terlepas dari sandal.

"Peni...," Lelaki itu panik. Lalu tatapannya mengandung nyala marah kepada seorang suster yang menciut ketakutan. "Mana dokternya?!"
Suster itu menggeleng dengan paras seputih kertas.
"Panggil dia! Segera!"
"Dia sudah pergi. Satu jam yang lalu."
"Aku perlu namanya!" Ia memanggil temannya. "Hazri! Tolong catat, juga alamat praktiknya yang lain."

Hazri merobek bungkus rokok, mencabut pulpen dari sakunya, dan memandang penuh tuntutan kepada suster yang merapat ke dinding. Terbata-bata bibir perempuan itu mengucapkan serangkai nama dan alamat.

"Peni, bertahanlah," lelaki itu berbisik di telinga perempuan yang begitu lemas dalam pelukan. Lalu ia kembali meradang. "Suster, kamu pasti tahu cara memanggil ambulans. Di sini ada telepon, kan? Cepat, minta ambulans sekarang!"
Hazri dengan sigap menuju ke meja yang memiliki kabel telepon. Ditelusuri jalur kabel itu dan menemukan pesawat telepon tersembunyi dalam laci. Ia mengangkat gagang telepon, dan ketika yakin ada nada aktif, diberikannya kepada suster. "Panggil ambulans!"
Peni dibaringkan di kursi ruang tunggu yang berjajar tiga. Terkulai tak sadarkan diri. Darah masih mengalir dari sela-sela paha. Mencemaskan. Sekaligus membuat lelaki itu menyesal. Seharusnya ia tak perlu selekas itu datang, sehingga Peni masih punya waktu untuk memulihkan diri.
Rasanya berjam-jam waktu berlalu sampai terdengar sirine ambulans. Dua orang lelaki membawa tempat tidur beroda memasuki gang. Hazri menolong sampai Peni naik ke dalam ambulans. Dan di dalam kabin dilakukan pertolongan pertama, termasuk memasang jarum infus ke punggung tangan Peni. Dari tabung plastik yang tergantung, tetes-tetes cairan mengalir melalui selang mungil.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, lelaki itu tidak bicara apa-apa. Mulutnya hanya mendesahkan doa. Berulang kali Hazri memegang lengannya, mencoba menenteramkan. Sesekali mengucapkan: "Aku berjanji akan mencari dokternya dan melaporkannya kepada polisi."

Ia tertunduk. Jemari tangannya mengusap rambut dan kening Peni. Matanya basah. Hatinya terguncang. Apa yang harus ia katakan kepada ibunya? Saat membawa Peni ke Jakarta, ke rumah kontrakannya, tiga tahun yang lalu, ia berjanji: "Peni memang susah diatur. Di sini dia hanya akan merepotkan Ibu. Biar aku yang mengajarnya. Agar dia tahu bahwa hidup itu berat dan harus dilalui dengan perjuangan. Agar dia bisa mandiri."

Tapi...apa yang kemudian terjadi? Lelaki itu menggeleng sendiri dengan rasa sakit, seolah ribuan duri menusuki setiap permukaan jantungnya. Ia hanya memperoleh kegagalan. Kini seluruh tenaga yang dicurahkan di tempat kerja, di pelabuhan yang panas dan keras, dan sisa waktunya yang dihabiskan untuk mencari keteduhan di lingkungan masjid, seperti sia-sia saja. Kenyataannya ia tak pernah tahu, apa yang dilakukan Peni sehari-hari selain menjadi pegawai administrasi di sebuah pabrik sepatu. Terutama setelah enam bulan yang lalu bersikeras pindah tempat tinggal, berpisah dengannya, demi mendekati tempat kerja. Namun tak berapa lama berita tak pantas itu merebak hingga ke wilayah Al-Hidayah.

Selanjutnya sungguh perih untuk diceritakan. Hanya Hazri, sahabatnya yang masih dapat memahami perasaannya.
Lamunannya membuyar saat ambulans berhenti di teras Unit Gawat Darurat. Semua berjalan lekas, mirip potongan film yang disunting sembarangan. Apa pun yang dia lakukan sekarang, termasuk menandatangani perjanjian penggantian darah dari PMI, seluruhnya demi Peni.

TAPI Peni sudah mati. Tanpa percakapan panjang. Hanya permohonan maaf, juga kepada Ibu yang wajib disampaikan. Inilah amanat yang sedang ia bawa ke kampung halaman.
Ia terisak perlahan. Ditahannya agar tak terdengar. Tapi dadanya penuh oleh benda padat bernama kesedihan. Atau mungkin rasa sesal.
"Bangunlah," meski desis itu tertangkap lemah, sesungguhnya begitu tegar. Hanya seorang ibu yang dapat memadukan antara sakit hati dan kasih sayang dengan nyaris sempurna.
Lelaki yang bersimpuh itu tak bergerak. Sejak keberangkatannya dari Jakarta, ia berharap ada hukuman untuknya. Bukan ucapan yang akan membuatnya merasa bersalah berkepanjangan.
"Kamu telah melakukan sesuai dengan kemampuanmu," perempuan tua itu kembali bicara. Tidak gemetar seperti yang diharapkan. Kesunyian merambat.
Sesungguhnya hanya tiga tahun dia tak pulang. Sebelumnya, hampir setiap tahun ia mengunjungi Ibu dan adik satu-satunya, sejak ayahnya meninggal. Tapi, tak pernah perasaannya terusik oleh indahnya masa kanak-kanak di kota ini. Kenangan itu kini memanggilnya. Panggilan yang begitu deras. Sederas air matanya.
"Maafkan aku, Ibu," bisiknya tanpa berani mengangkat wajah. Ia merasa amat tenteram di kaki ibunya. Merasa sangat terlindungi dari segala marabahaya. Tercium harum aroma kasih sayang dari kaki ibunya, yang mengalahkan seluruh hawa busuk di luar sana. Dan ia bagai kembali ke masa kanak-kanak.
"Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu mengetuk pintu. Sekarang kamu ambil air wudlu, dan segera berangkat shalat Ied."
Kedua tangan perempuan tua itu meraih bahu anak lelakinya. Ketika wajah tirus itu tengadah, dilihatnya penuh air mata. Perlahan ia mencium dahi lelaki itu, persis di antara kedua matanya.

TAUSYIAH


Assalamu’alaikum wr.wb

Subhanallah, walhamdulillah, walaailaahailallah, wallahuakbar.

Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita semua keterampilan mengendalikan diri. Tidak ada yang bahaya dalam hidup ini, selain sikap kita sendiri. Karena ternyata bahaya besar dalam hidup ini ialah ketika kita tidak berhasil mengendalikan diri kita dengan baik. Salah satu ciri orang bahagia dan bertaqwa ialah yang paling terampil mengendalikan dirinya dengan cepat. Sehingga dapat melalui rintangan yang ada. Kita bisa melatih diri selama ramdhan. Yang pertama ialah pikiran, pikiran akan membuat suasana hati. Kalau kita berpikir seseorang akan mengancam diri kita, maka pikiran kita akan langsung merasa tidak nyaman. Kita sering tidak nyaman dalam hidup karena pikiran kita tefokus pada hal-hal yang negatif dan mengakibatkan kita menjadi menderita. Seharusnya bagaimana sikap kita menyikapi hal ini? Seharusnya bulan ramadhan bulan latihan untuk berpikir positif. Kalau pikiran kita hanya tertuju kepada makhluk,maka akan gelisah. Namun bila pikiran kita tertuju kepada pencipta makhluk yakni Allah SWT maka insyaallah tidak akan gelisah. Semakin lambat mengalihkan pikiran kita kpd Allah, semakin gelisah. Semakin cepat mengalihkan pikiran kita kpd Allah,maka akan tentram. ”Alaabidzikrillahi tatma’innulquluub”. Melihat kekurangan orang lain,akan jengkel. Melihat kelebihan orang lain, akan tenang. Mari kita mencari seribu satu alasan untuk memaafkan orang lain. Kendalikan pikiran,mencari hikmhah,berdzikir, mencari Allah SWT insyaallah tentram. Kita sering melihat lukisan kuda,dan kita terpesona kpd yang melukisnya. Kenapa me;ihat kuda yang nyata,kita tidak memuji Sang Maha Pencipta-Nya? Kita melihat adik kita memainkan boneka, dan kita memuji pabrik bonekanya. Kenapa melihat bayi memainkan boneka, kita tidak memuji yang Maha Pencipta?

Setiap kejadian terjadi atas izin dan kehendak Allah SWT. Setiap kejadian yang terjadi pasti ada hikmahnya. Kita jangan tefokus kpd makhluk, fokuslah kpd yang Maha Menciptakan makhluk. Selamat menikmati mengolah pikiran,kalau kita tidak terampil mengelolah pikiran, cirri yang paling khas adalah gelisah. Apakah kita tidak boleh gelisah? Jawabnya Harus, tetapi gelisahnya bukan karena urusan dunia, melainkan urusan akhirat. Sebagai contoh : takut kalau shalat kita tidak di terima,amal yang tidak ikhlas, takut di yaumal hisab tidak husnul khotimah. Yang kedua, latihan mengendalikan keinginan. Kesengsaraan itu karena diprbudak oleh keinginan. Yang bagus ialah menginginkan sesuatu yang di sukai oleh Allah SWT.Untuk keinginan dunia, memperbanyak do’a dan memohon petunjuk yang terbaik dalam pandangan Allah SWT. Apapun yang kita inginkan,syaratnya ialah : 1. Allah SWT suka atau tidak dengan keinginan kita. 2. Istiharoh, memohon pentunjuk dan bimbingan dari Allah SWT. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT “…………… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ai amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.2 : 216 ).

Keinginan timbul dari pandangan, cobalah untuk menahan pandangan dari yang tidak membawa manfaat. Kalau kita ingin membeli sesuatu, pertanyaannya adalah, bukan ingi atau tidak? Tetapi kita perlu atau tidak? Karena keinginan tidak akan pernah habisnya. Rasullah SAW menggambar sebuah kotak dan di dalamnya di gambarkan ditengah kotak tersebut sebuah garis lurus yang mlewatikotak tersebut,apa artinya? Kotak tersebut diartikan sbg umur, sedangkan garis lurus dalam kotak tersebut digambarkan sebagai keinginan.Yang ketiga, mengendalikan amarah. Mengapa kita marah, prinsip dasarnya ketidaksiapan mental menerima yang tidak sesuai dengan keinginan dan dan harapan kita. Kalau kita marah, kepentingannya nafsu dan dan cenderung menyakiti orang lain. Sedangkan kalau kita tegas, kepentingannya adalah adil. Maka berlakulah adil, karena adil dekat dengan taqwa. Sebagai analogi, kalau kita marah bagaikan menancapkan paku ke didinding. Semakin kita marah, semakin banyak paku yang menancap kedinding. Lisan kita seperti paku yang ditancapkan kedinding atau hati orang yang kita sakiti. Seandainya kita meminta maaf kepada orang yang kita sakiti itu, maka paku akan terlepas dari dinding, namun kita akan meninggalkan bekas lubang paku didinding. Yang ke empat mengendalikan lisan, sebagaimana “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik2, atau diam” (HR Bukhari Muslim). Mari kita jaga lisan kita dari perkataan yang sia2 yang tidak membawa manfaat. Setiap perkataan yang kita ucapkan bagaikan anak panah yang kita lepaskan melesat dari busurnya, apabila sudah lepas, maka tidak dapat kita tarik kembali. Oleh karena itu alangkah lebih baik bila setiap perkataan yang akan kita ucapkan hendaknya dipikirkan terlebih dahulu. Semoga kita bisa belajar untuk tidah mudah menyinggung perasaan orang lain dan tidah mudah tersinggung oleh perkataan orang lain. Karena tidah setiap yang ingin kita katakana, harus kita katakan.

Ada ampat criteria orang berbicara:

a. Orang yag berjiwa besar, yang jika berbicara ada 3 hal yang didapat, yakni mendapatkan tambahan ilmu, mencari/mendapatkan hikmah dari suatu kejadian, dan berdzikir mengingat Allah SWT.

b. Orang yang biasa2 saja, mempunyai ciri suka menceritakan peristiwa atau kejadian itu saja.

c. Orang rendahan, yang mempunyai cirri suka mengeluh dan mencela kejadian yang ada.

d. Orang yang dangkal, orang yang senang membicarakan dirinya sendiri dengan tujuan pamer.

SYEKH SITI JENAR


NAMANYA MELARISKAN BUKU

Siapakah Syekh Siti Jenar? Meskipun setidaknya Intisari telah menjejaki - yang disebut sebagai - dua kuburan Syekh Siti Jenar, masing-masing di Kemlaten, Cirebon maupun Gedong Ombo, Tuban, agaknya Syekh Siti Jenar tidak bisa dipastikan keberadaan historisnya secara ilmiah dalam kategori positivistik. Keberadaan Syekh Siti Jenar adalah keberadaan sebuah makna, baik dalam bentuk suatu ajaran yang tercatat pada berbagai naskah, maupun makna keberadaan dalam penafsiran politis, sebagai tokoh oposisi terhadap hegemoni kekuasaan rohani para wali. Suatu konstelasi yang sebetulnya juga merupakan tipologi konstelasi politik duniawi, ketika kerajaan-kerajaan Islam di Jawa telah menjadi dominan, tetapi pusat-pusat kekuasaan pra-Islam dengan segenap aliran kepercayaannya, belum sepenuhnya terleburkan - bahkan sampai hari ini.

Wali yang mencemaskan
Dalam ziarah pustaka ini, gambaran Nancy K. Florida tentang Tiga Guru Jawa (Syekh Siti Jenar, Syekh Malang Sumirang, Ki Ageng Pengging) dalam disertasinya, Menyurat Yang Silam Menggurat Yang Menjelang (1995) akan dikutip sebagai pengantar:
“Di antara ketiga empu tersebut, Syekh Siti Jenarlah yang paling dikenal, dengan ketenarannya sebagai wali pembangkang yang paling utama di Jawa bahkan hingga saat ini. Berbagai versi kisahnya, baik lisan maupun tulisan, melimpah. Dialah tokoh yang mewakili penyebarluasan, dan yang disebarluaskannya adalah pengetahuan esoteris eksklusif yang keluar dari kalangan elite politik-spiritual ke dalam budaya khalayak ramai. Atas penyebarluasan inilah maka para wali merasa terpanggil untuk memusnahkan Syekh Siti Jenar. Mereka melihat ancaman politik yang benar-benar nyata dalam dirinya; lantaran sebagai sosok penyebarluasan dan populisme dia dengan sendirinya menentang pemusatan dan penyatuan kekuasaan.
“Dalam benak khalayak ramai, Siti Jenar dikenang sebagai patron wong cilik. Garis besar kisah hidupnya menggarisbawahi keterkaitan organisnya dengan lapis terendah masyarakat. Dalam versi kisahnya yang paling tersebar luas, Siti Jenar diceritakan sebagai seekor cacing tanah yang secara ajaib berubah menjadi manusia. Pengubahan ini terjadi karena sang cacing secara kebetulan menerima pengetahuan esoteris yang mengantarnya menuju Hakikat Sejati. Sekali menjadi manusia, dia yang semula cacing ini kemudian berani untuk membuka tabir Pengetahuan Makrifat ini kepada khalayak ramai. Barangkali anggapan bahwa penyampaian pengetahuan semacam itu akan dapat mengubah martabat “cacing-cacing” yang lain adalah kecemasan elite spiritual-politik di ibu negeri Demak.
“Selain dosanya ‘menyingkap sang Rahasia’ kepada khalayak ramai, Siti Jenar juga dipersalahkan karena menyepelekan syariat, hukum suci Islam. Dan di dalam banyak penuturan kisahnya, dia dituduh sebagai orang yang mengaku dirinya Allah. Bagaimanapun juga, yang paling mencuat dan diberitakan adalah dosanya menyebarluaskan Ilmu Gaib; dan lantaran dosa inilah sang wali diadili dan dijatuhi hukuman mati. Terdapat berbagai versi tentang ‘pengadilan’ dan eksekusinya. Masing-masing versi perlu untuk dipahami dengan latar belakang ingatan kolektif masyarakat tentang kisahnya dan dalam bandingan dengan versi lainnya. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah keragaman kisah atas apa yang terjadi dengan jasad sang wali; berkisar dari ekstrem yang satu bahwa jasadnya berubah menjadi bangkai busuk seekor anjing hingga ke ekstrem yang lain (yakni pada versi Babad Jaka Tingkir) bahwa sang wali akhirnya mikraj ke surga.”
Adapun asal nama Kemlaten, kuburan Syekh Siti Jenar di Cirebon, terasalkan dari kisah dalam Babad Cerbon, bahwa ketika para wali membongkar kuburan Siti Jenar setelah dihukum mati, untuk membuktikan kebenaran ajarannya: bahwa jika ia mati di dunia ini artinya hidup abadi di dunia yang sebenarnya -ternyata memang tak menemukan jasad, melainkan sekuntum bunga melati. Seperti juga telah sering ditemukan dalam riwayat wali yang sembilan, istilah “politik dongeng” menegaskan terdapatnya kepentingan ideologis di balik segenap “sejarah” tersebut. Kesadaran tentang perlu diabaikannya keberadaan dongeng-dongeng tersebut sebagai fakta historis, juga tersurat dalam catatan sejarawan Graaf dan Pigeaud dalam Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram (1974), seperti ketika memberi catatan atas keberadaan Dewan Walisanga:
“Sudah jelas bahwa Musyawarat orang-orang suci menurut cerita legenda ini, yang dihadiri oleh mereka semua, sukar kiranya dapat sungguh-sungguh terjadi. Dugaan ini wajar, karena antara kedua tokoh historis Sunan Ngampel Denta dan Sunan Kudus terdapat jarak waktu beberapa generasi (dari pertengahan abad ke-15 sampai dekade-dekade pertama abad ke-16).”

Ajaran tentang ada
Lantas, ajaran macam apa sebetulnya, yang dianggap “benar tapi berbahaya”, sehingga penyebarnya begitu patut menerima hukuman mati dalam pandangan Walisanga? Dalam kenyataannya, buku-buku yang memuat dan menyebarkan teks yang disebut sebagai “ajaran” Syekh Siti Jenar ini beredar luas pada masa kini, beberapa di antaranya bahkan berpredikat best seller alias laris manis tanjung kimpul, yang bukan hanya tidak mengundang kecaman apa pun dari para pemeluk teguh syariat, melainkan justru ditulis oleh para ahli agama itu sendiri. Untuk menyebut beberapa, bisa diperiksa dua buku laris Abdul Munir Mulkhan, Syekh Siti Jenar: Pergumulan Islam-Jawa (1999) dan Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar (2001), Muhammad Sholikhin, Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar (2004), Sudirman Tebba, Syaikh Siti Jenar: Pengaruh Tasawuf Al-Hallaj di Jawa (2003), dan yang ditulis dengan sapaan hangat serta indah karya Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar: Makna “Kematian” (2002). Namun untuk mengintip apa yang disebut “ajaran rahasia” tersebut, pustaka yang akan diziarahi masih dari karya ilmiah P.J. Zoetmulder, Manunggaling Kawula Gusti: Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa (1935).
Tidak mungkin memindahkan ulasan panjang lebar dalam disertasi Zoetmulder tersebut, tapi kita mulai saja dengan petikan atas kutipan dari Serat Siti Jenar yang diterbitkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri, pada 1922:
Kawula dan gusti sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya saat ini nama kawula-gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawula lenyap, yang tinggal hanya hidupku, ketenteraman langgeng dalam Ada sendiri.
Hai Pangeran Bayat, bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera.
Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan lenyap. Gilalah orang yang terikat padanya, tidak seperti Syeh Siti Jenar. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya yang kuusahakan, ialah kembali kepada kehidupan.
Dalam disertasi filsafat ini Zoetmulder menekankan, bahwa dengan teks semacam ini Syekh Siti Jenar dan murid-muridnya telah ditafsirkan memberi kesan seolah-olah Tuhan itu tidak ada, padahal, “Menurut hemat kami ucapan-ucapan serupa hendaknya ditafsirkan sebagai sebuah polemik serta penolakan terhadap ide mengenai seorang Tuhan yang berpribadi; sebaliknya Siti Jenar mengetengahkan ide mengenai suatu Jiwa Semesta, ia manunggal dengan Hyang Suksma, manunggal dengan hidup yang tunggal, yakni dirinya sendiri.”


Bukan Al-Hallaj, tapi India
Syekh Siti Jenar begitu sering dihubung-hubungkan dengan al-Husain ibnu Mansur al-Hallaj atau singkatnya Al-Hallaj sahaja, sufi Persia abad ke-10, yang sepintas lalu ajarannya mirip dengan Siti Jenar, karena ia memohon dibunuh agar tubuhnya tidak menjadi penghalang penyatuannya kembali dengan Tuhan. Adalah Al-Hallaj yang karena konsep satunya Tuhan dan dunia mengucapkan kalimat, “Akulah Kenyataan Tertinggi,” yang menjadi alasan bagi hukuman matinya pada 922 Masehi di Baghdad. Seperti Syekh Siti Jenar pula, nama Al-Hallaj menjadi monumen keberbedaan dalam penghayatan agama, sehingga bahkan diandaikan bahwa jika secara historis Syekh Siti Jenar tak ada, maka dongengnya adalah personifikasi saja dari ajaran Al-Hallaj, bagi yang mendukung maupun yang menindas ajaran tersebut. Tepatnya persona Syekh Siti Jenar memang dihidupkan untuk dimatikan.
Namun karena penelitiannya tentang segenap pengaruh terhadap sastra suluk Jawa, Zoetmulder berpendapat lain tentang ajaran Syekh Siti Jenar. “Jelaslah betapa besar pengaruh dari ide-ide India. Pengaruh itu tampak juga dari sikap terhadap nilai dan kenyataan dunia, yang dianggap hanya suatu permainan pancaindera, sebuah impian, segalanya hanya bersifat semu dan tak ada sesuatu yang nyata, suatu godaan, sebuah sulapan yang menimbulkan keinginan manusia dan dengan demikian mengurungnya. Singkatnya, di mana-mana kita mengenal kembali pandangan dari India.
“Akhirnya, juga kematian Siti Jenar - menurut logatnya sendiri, masuknya ke dalam kehidupan -seperti dilukiskan dalam versi yang kami bahas di sini, bernafaskan suasana India. Dengan menutup sendiri semua pintu dengan dunia luar ia membiarkan nafas kehidupan keluar dari badannya yang lalu mempersatukan diri dengan Suksma semesta. Dalam segala uraian ini hanya sedikit sekali pengaruh dari dunia Islam, sekalipun kadang-kadang disebut sebuah kutipan dalam bahasa Arab sekadar bahan pendukung. Sebaliknya menonjol sekali, betapa ajaran ini serasi dengan suatu bagian dari Arjunawiwaha yang melukiskan bagaimana Bhatara Indra dalam wujud seorang resi tua menyampaikan ajaran kesempurnaan kepada Arjuna yang sedang bertapa.
“Bila akhirnya tokoh Siti Jenar kita bandingkan dengan apa yang kita ketahui mengenai Al-Hallaj, maka tampak, bahwa keserasian hanya berkaitan dengan beberapa sifat dari kisah itu, tetapi kesamaan dalam hal ajaran jarang kita jumpai.”
Setelah menguraikan konsep ajaran Al-Hallaj yang dirujuknya dari peneliti sufisme terkenal Louis Massignon, hanya satu hal dianggap Zoetmulder agak mirip, yakni tentang permintaan maaf telah mengungkap rahasia ilahi (ifsa-al-asrar) - itu pun menurutnya Siti Jenar tidak minta maaf. Dijelaskannya, “Tidak mengherankan, bahwa dalam ajaran Siti Jenar tak terdapat bekas-bekas ajaran otentik Al-Hallaj.”
Ia pun merumuskan, “Perbedaan pokok antara kedua tokoh itu ialah Al-Hallaj selalu ditampilkan sebagai seorang sufi yang terbenam dalam cinta akan Tuhan, sedangkan dalam diri Siti Jenar sifat tadi hampir tidak tampak. Siti Jenar terutama dikisahkan sebagai seorang yang mandiri, akal bebas yang tidak menghiraukan raja maupun hukum agama; tak ada sesuatu pun yang menghalanginya menarik kesimpulan dari ajarannya. Dengan demikian ia menjadi wali yang paling digemari rakyat dan yang riwayatnya masih hidup di tengah-tengah orang Jawa.”

Lemah Abang serba pinggiran
Dengan konteks pengaruh India dan bukan Islam da lam ajaran Syekh Siti Jenar, menjadi jelas konteks duniawi yang terpadankan dengannya, seperti teruraikan oleh Graaf dan Pigeaud mengenai kedudukan politis Pengging sebagai kerajaan “kafir” terhadap kekuasaan Demak. Dalam legenda, Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging adalah murid Syekh Siti Jenar yang membangkang dan tidak bersedia tunduk maupun melawan Sultan Demak - yang membuat kedudukannya sulit diatasi meski Sunan Kudus ia izinkan untuk membunuhnya. “Tindakan Sunan Kudus yang sangat terkenal terhadap ’si bid’ah’ Kebo Kenanga itu sesuai dengan ketegasan terhadap penghujah Allah Syekh Lemah Abang (atau Pangeran Siti Jenar) sendiri. Syekh itu adalah guru ilmu kebatinan empat bersaudara: Yang Dipertuan di Pengging, di Tingkir, di Ngerang, dan di Butuh.” Bahwa Pengging sebelumnya disebut-sebut sebagai kerajaan “kafir” yang masih berdiri setelah Majapahit runtuh, jelas menunjukkan personifikasi Syekh Siti Jenar sebagai representasi perlawanan, terhadap dominasi Demak sebagai representasi hegemoni kekuasaan rohani sekaligus duniawi.
Mungkinkah bisa dipahami sekarang, mengapa banyak wilayah di Jawa bernama Lemah Abang, dan selalu terletak di pinggiran?

SERAT SABDO JATI


Megatruh
1. Hawya pegat ngudiya ronging budyayu
Margane suka basuki
Dimen luwar kang kinayun
Kalising panggawe sisip
Ingkang taberi prihatos
Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan,
agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita,
terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin.
2. Ulatna kang nganti bisane kepangguh
Galedehan kang sayekti
Talitinen awya kleru
Larasen sajroning ati
Tumanggap dimen tumanggon
Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama,
intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan didalam hati,
agar mudah menanggapi sesuatu.
3. Pamanggone aneng pangesthi rahayu
Angayomi ing tyas wening
Eninging ati kang suwung
Nanging sejatining isi
Isine cipta sayektos
Dapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan,
mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini kosong
namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati.
4. Lakonana klawan sabaraning kalbu
Lamun obah niniwasi
Kasusupan setan gundhul
Ambebidung nggawa kendhi
Isine rupiah kethon
Segalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran.
Sebab jika bergeser (dari hidup yang penuh kebajikan)
akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul,
yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.
5. Lamun nganti korup mring panggawe dudu
Dadi panggonaning iblis
Mlebu mring alam pakewuh
Ewuh mring pananing ati
Temah wuru kabesturon
Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan,
sudah jelas akan menjadi sarang iblis, senantiasa mendapatkan kesulitas-kesulitan, kerepotan-kerepotan, tidak dapat berbuat dengan itikad hati yang baik,
seolah-olah mabuk kepayang.
6. Nora kengguh mring pamardi reh budyayu
Hayuning tyas sipat kuping
Kinepung panggawe rusuh
Lali pasihaning Gusti
Ginuntingan dening Hyang Manon
Bila sudah terlanjur demikian tidak tertarik terhadap perbuatan
yang menuju kepada kebajikan. Segala yang baik-baik lari dari dirinya,
sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek.
Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.
7. Parandene kabeh kang samya andulu
Ulap kalilipen wedhi
Akeh ingkang padha sujut
Kinira yen Jabaranil
Kautus dening Hyang Manon
Namun demikian yang melihat, bagaikan matanya kemasukan pasir,
tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat, sehingga
yang jahat disukai dianggap utusan Tuhan.
8. Yeng kang uning marang sejatining dawuh
Kewuhan sajroning ati
Yen tiniru ora urus
Uripe kaesi-esi
Yen niruwa dadi asor
Namun bagi yang bijaksana, sebenarnya repot didalam pikiran
melihat contoh-contoh tersebut. Bila diikuti hidupnya akan
tercela akhirnya menjadi sengsara.
9. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung
Anggelar sakalir-kalir
Kalamun temen tinemu
Kabegjane anekani
Kamurahane Hyang Manon
Itu artinya tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan
langit, siapa yang berusaha dengan setekun-tekunnya akan mendapatkan
kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.
10. Hanuhoni kabeh kang duwe panuwun
Yen temen-temen sayekti
Dewa aparing pitulung
Nora kurang sandhang bukti
Saciptanira kelakon
Segala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan setulus hati.
Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi
segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.
11. Ki Pujangga nyambi paraweh pitutur
Saka pengunahing Widi
Ambuka warananipun
Aling-aling kang ngalingi
Angilang satemah katon
Sambil memberi petuah Ki Pujangga juga akan membuka selubung
yang termasuk rahasia Tuhan, sehingga dapat diketahui.
12. Para jalma sajroning jaman pakewuh
Sudranira andadi
Rahurune saya ndarung
Keh tyas mirong murang margi
Kasekten wus nora katon
Manusia-manusia yang hidup didalam jaman kerepotan,
cenderung meningkatnya perbuatan-perbuatan tercela,
makin menjadi-jadi, banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan
diatas riil kebenaran, keagungan jiwa sudah tidak tampak.
13. Katuwane winawas dahat matrenyuh
Kenyaming sasmita sayekti
Sanityasa tyas malatkunt
Kongas welase kepati
Sulaking jaman prihatos
Lama kelamaan makin menimbulkan perasaan prihatin, merasakan ramalan tersebut,
senantiasa merenung diri melihat jaman penuh keprihatinan tersebut.
14. Waluyane benjang lamun ana wiku
Memuji ngesthi sawiji
Sabuk tebu lir majenum
Galibedan tudang tuding
Anacahken sakehing wong
Jaman yang repot itu akan selesai kelak bila sudah mencapat tahun 1877
(Wiku=7, Memuji=7, Ngesthi=8, Sawiji=1. Itu bertepatan dengan tahun Masehi 1945).
Ada orang yang berikat pinggang tebu perbuatannya seperti orang gila,
hilir mudik menunjuk kian kemari, menghitung banyaknya orang.
15. Iku lagi sirap jaman Kala Bendu
Kala Suba kang gumanti
Wong cilik bisa gumuyu
Nora kurang sandhang bukti
Sedyane kabeh kelakon
Disitulah baru selesai Jaman Kala Bendu. Diganti dengan jaman Kala Suba.
Dimana diramalkan rakyat kecil bersuka ria, tidak kekurangan sandang dan makan
seluruh kehendak dan cita-citanya tercapai.
16. Pandulune Ki Pujangga durung kemput
Mulur lir benang tinarik
Nanging kaseranging ngumur
Andungkap kasidan jati
Mulih mring jatining enggon
Sayang sekali “pengelihatan” Sang Pujangga belum sampai selesai,
bagaikan menarik benang dari ikatannya.
Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampir
datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini.
17.Amung kurang wolung ari kang kadulu
Tamating pati patitis
Wus katon neng lokil makpul
Angumpul ing madya ari
Amerengi Sri Budha Pon
Yang terlihat hanya kurang 8 hai lagi, sudah sampai waktunya,
kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon.
18. Tanggal kaping lima antarane luhur
Selaning tahun Jimakir
Taluhu marjayeng janggur
Sengara winduning pati
Netepi ngumpul sak enggon
Tanggal 5 bulan Sela
(Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu,
Windu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873)
kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukan
sang Pujangga kembali menghadap Tuhan.
19. Cinitra ri budha kaping wolulikur
Sawal ing tahun Jimakir
Candraning warsa pinetung
Sembah mekswa pejangga ji
Ki Pujangga pamit layoti
Karya ini ditulis dihari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jimakir 1802.
(Sembah=2, Muswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi 1873).
seratanipoen Raden Ngabehi Ronggowarsito

RAJA LANGIT, RAJA BUMI, & PUTRI BULAN


Kisah dari Sulawesi Selatan

Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua yang ada. Kedua, peperangan hanya akan meninggalkan rasa sedih yang mendalam, terutama mereka yang ditinggal sanak keluarga akibat perang yang jahat itu. Yang tersisa dari permusuhan hanyalah senandung sedih dan penyesalan.

Dahulu kala ada dua kerajaan yang bermusuhan. Kerajaan Bumi dan Kerajaan Langit namanya. Kerajaan Langit adalah sebuah kerajaan yang makmur. Masyarakatnya hidup dengan aman dan damai tanpa ada kekurangan. Hal inilah yang menerbitkan kecemburuan bagi raja Kerajaan Bumi.

Raja dari Kerajaan Langit punya tiga orang putra laki-laki. Ia ingin sekali mendapatkan seorang anak perempuan. Kerajaan Bumi pun menunggu kelahiran itu, karena menurut ramalan, Kerajaan Langit bisa ditaklukkan apabila dia sudah mempunyai seorang anak perempuan.

Maharaja Langit betul-betul menginginkan seorang putri. Suatu ketika dikumpulkan semua alim ulama, menteri-menteri, penasehat dan hulubalangnya serta seluruh pembesar istana. Baginda meminta pendapat mereka tentang keinginan yang sudah lama terpendam itu.

Seorang cerdik pandai yang bijaksana berjalan menghadap raja. Ia bersujud dan memberi hormat dan berkata. “Ampunkan hamba Tuanku, atas keberanian hamba meramalkan sesuatu tentang Tuanku dan kerajaan ini.”

Ia meminta Raja mengulurkan tangannya untuk dibaca. Keningnya berkerut karena gundah. Melihat itu Raja bertanya. “Ada apa? Apakah kau melihat sesuatu dari tanganku? Apakah aku akan bisa memiliki seorang putri?”

Cerdik pandai itu kembali bersujud dan memberi salam. “Maafkan hamba Baginda. Melihat garis tangan Tuanku, sebentar lagi Tuanku akan memiliki seorang anak perempuan sebagaimana yang sudah lama diidam-idamkan. Tuanku akan memiliki seorang putri yang cantik jelita yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun juga.”

Raja sangat senang mendengarnya. “Lanjutkanlah…,” perintah Raja.
Si cerdik pandai diam sesaat. Wajahnya terlihat kelam.
“Apa lagi yang ingin kau katakan wahai cerdik pandai yang hebat? Katakanlah sekarang juga, di hadapan semua orang agar mereka juga mendengar kebahagiaan apa lagi yang akan aku peroleh.”
“Ampunkan hamba Baginda. Menurut garis tangan yang hamba baca… Ampun beribu ampun Baginda kalau hamba salah. Kelahiran Tuan Putri ini akan membuat petaka bagi kerajaan ini.”
Semua orang terkejut mendengarnya. Juga raja dan permaisurinya.
“Maafkan kalau hamba salah membaca. Suatu ketika nanti keajaan ini akan diserang oleh Kerajaan Bumi dengan kekuatan yang luar biasa hebat. Mereka berniat mencuri Tuan Putri untuk dinikahi. Dan Kerajaan Langit, kerajaan yang kita cintai sepenuh-penuhnya ini akan pula binasa tanpa ampun.”

Raja tercenung mendengarnya. Cerdik pandai tidak bisa meramalkan kapan serangan itu akan terjadi. Raja menjadi bingung. Anak perempuan sudah lama diinginkan dan sebentar lagi akan lahir, tetapi jika ia lahir maka kerajaan ini akan hancur.

Seorang penasehat kemudian memberikan usul. “Kita biarkan Tuan Putri lahir. Kita semua tahu kalau Baginda sudah lama menginginkan seorang anak perempuan. Sambil menunggu kelahiran Tuan Putri kita menyiapkan tempat persembunyian yang paling aman untuknya, sehingga kelak, kalau pun raja dari Kerajaan Bumi berniat menyerang kerajaan ini ia tak bisa menemukan Tuan Putri.”
Raja pun menyetujui usul itu.

Beberapa waktu kemudian permaisuri pun hamil. Putri cantik jelita itu kemudian lahir ke dunia dengan selamat. Seluruh keluarga istana dan seluruh warga menyambutnya sukacita.
Orang-orang merayakan kelahiran itu dengan rasa syukur. Di mana-mana diadakan keramaian. Ada pertandingan dan permainan-permainan, kesenian rakyat pun digelar. Mereka sungguh-sungguh gembira menyambut kelahiran Tuan Putri yang cantik jelita itu.

Raja kemudian menyerahkan sang putri kepada seorang inang terbaik di kerajaan. Setiap waktu luang Baginda akan memanggil inang pengasuh untuk membawa sang putri untuk ditimang-timang. Raja betul-betul memperhatikan perkembangan bayinya itu. Ia amat mencintai putrinya yang tumbuh sehat dan tanpa cacat itu.
Waktu pun berlalu, berangsur-angsur sang putri mulai dewasa. Ketika itulah Baginda Raja teringat akan ramalan cerdik pandainya dulu, bahwa sewaktu-waktu kerajaannya akan diserang oleh Kerajaan Bumi. Ia pun menyampaikan kegelisahannya kepada permaisuri. Tak ada pilihan, Tuan Putri harus diselamatkan. Ia harus disembunyikan di sebuah tempat yang tidak diketahui siapa pun juga. Tempat yang paling aman untuk itu hanyalah Bulan. Tuan Putri akan diungsikan ke Bulan sampai keadaan kembali aman.
Baginda membuatkan sebuah istana yang indah di Bulan untuk didiami sang putri. Pada hari yang ditentukan berangkatlah Tuan Putri menuju Bulan bersama inang pengasuhnya. Keberangkatan itu diiringi tangis sedih penghuni kerajaan.

“Kembalilah ketika keadaan sudah aman anakku...,” bisik permaisuri sambil memeluk putrinya.
Tuan Putri memeluk ayah dan ibunya bergantian. Hatinya sedih sekali berpisah dengan mereka. Tapi bagaimana pun ia harus berangkat. Ia tak ingin keberadaannya akan membuat istana dan seluruh kerajaan celaka. Mengingat itu bertambah-tambahlah kesedihannya.

Sejak saat itu Tuan Putri tinggal di istana kecilnya yang berada di Bulan.
Sementara itu Kerajaan Bumi sedang mempersiapkan sebuah pasukan besar untuk menggempur Kerajaan Langit. Kerajaan Bumi begitu menginginkan Putri Kerajaan Langit dijadikan istri. Ia tidak tahu kalau saat ini Putri Jelita itu berada di tempat persembunyian, yaitu di Istana Bulan yang indah.
Mereka mengadakan olah kanuragan setiap hari. Seluruh perlengkapan perperangan disiapkan. Mereka ingin menghabisi Kerajaan Langit sampai tandas. Mereka sadar Raja Langit tidak akan begitu saja mau menyerahkan putrinya kepada Raja Bumi. Untuk inilah pasukan disiapkan agar tidak ada yang bisa meghalangi keinginan mereka.

Dengan semangat yang menyala-nyala pasukan Kerajaan Bumi mulai mengerahkan seluruh kekuatan yang telah disiapkan dengan matang. Pasukan itu dipimpin langsung Maharaja Kerajaan Bumi. Semula serangan-serangan itu dapat ditahan oleh tentara Kerajaan Langit. Karena pasukan Kerajaan Bumi yang banyak dan peralatan perang yang lengkap, tentara-tentara Kerajaan Langit dapat ditaklukan. Mereka menyerbu masuk ke istana. Begitu mengetahui Tuan Putri sudah tak ada, marahlah Raja Bumi. Istana dihancurkan. Semua keluarga dihabisi. Begitu juga dengan Maharaja Langit dan Permaisuri.

Kekejaman pasukan Kerajaan Bumi tak sampai di situ saja. Bangunan yang ada dihancurkan. Tidak satu pun yang bersisa. Tak seorang pun yang bisa selamat dari serbuan mereka. Kerajan Langit hancur lebur tanpa sisa.
Tuan putri yang mendengar kerajaannya hancur menangis sedih, apalagi ketika dia tahu ayah, ibu, dan seluruh penduduknya dibunuh. Kesedihannya sungguh luar biasa. Ingin rasanya ia membalaskan dendam atas kematian ayahandanya tercinta, tapi apa daya dia hanyalah seorang perempuan dan tidak punya kekuatan apa-apa.
Sejak itu Tuan Putri berubah menjadi pemurung. Setiap hari ia hanya melamun dan mengurung diri di kamarnya sambil membuka pintu jendela. Ia sedih melihat kehancuran kerajaannya. Setiap hari ia termenung sambil melihat Bumi dari kejauhan. Inang pengasuh mencoba menghibur Tuan Putri dengan berbagai cara. Tapi sia-sia belaka. Tuan Putri selalu terkenang akan keluarganya. Ia ingin pulang ke Langit sekadar melepaskan kerinduan pada keluarga dan kerajaannya yang telah musnah. Penghiburannya sekarang hanyalah menatap Kerajaan Bumi yang telah menghancurkan istana ayahandanya.

Suatu kali ia melihat ada sekuntum bunga yang mekar di kejauhan sana. Bunga itu terlihat sangat indah, berkilau-kulauan diterpa cahaya. Tuan Putri ingin sekali memiliki bunga yang berada di Bumi itu, tapi ia takut kalau-kalau Maharaja Kerajaan Bumi mengetahui keberadaannya dan bersegera menculiknya.
Keinginannya makin menjadi-jadi untuk memiliki kembang itu. Suatu kali ia meminta izin kepada inang pengasuh untuk turun ke Bumi dan mengambil bunga itu lalu bersegera kembali ke Bulan.
“Jangan turun ke Bumi, Tuan Putri. Apa jadiya nanti jika raja yang jahat itu mengetahui keberadaan Putri? Mereka tidak akan membiarkan Tuan Putri kembali lagi ke sini,” kata inang pengasuh menasehati.
“Tapi aku menginginkan bunga itu, Bi.”

“Bibi tahu keinginan Tuan Putri. Tetapi alangkah baiknya kalau bunga itu dibiarkan saja tumbuh di sana dan kita bisa melihatnya setiap hari dari sini. Apa yang tampak indah itu tak melulu sama ketika kita menyentuhnya.”
Tuan Putri diam saja. Hatinya ragu dan menimbang-nimbang.

“Bagaimana kalau misalnya itu hanya tipuan dari Maharaja Kerajaan Bumi saja untuk mengundang Tuan Putri keluar dari persembunyian? Satu hal lagi, kita tidak akan bisa kembali lagi ke Bulan ini kalau sudah menjejaki kaki di Bumi, tempat di mana banyak banyak darah ditumpahkan itu. Ingat itu, Tuan Putri. Kamu tidak akan bisa lagi ke sini.”

Tapi Tuan Putri tampaknya bersikukuh dengan pendiriannya dan tak peduli dengan nasihat inang pengasuh. Keinginannya untuk memetik bunga yang terlihat indah itu makin menjadi-jadi. Suatu hari, tanpa sepengetahuan inang pengasuh, Tuan Putri turun ke Bumi untuk mengambil bunga itu.
Tapi alangkah terkejutnya dia begitu mengetahui tak ada bunga di sana. Kelopak-kelopak indah dan mekar yang terlihat dari jauh itu hanyalah ampas tebu yang berserakan. Tiba-tiba sang putri merasa telah masuk ke dalam perangkap Maharaja Bumi. Ia takut sekali dan ingin segera kembali pulang ke istananya di Bulan.
Berkali-kali ia mencoba untuk terbang. Tetapi tubuhnya tak kunjung naik-naik juga. Ia sama sekali tak bisa mengawang. Ia ingat nasehat inang pengasuh bahwa dia tidak akan bisa lagi naik ke Bulan jika sudah menjejakkan kaki di Bumi.

Tuan Putri sedih sekali. Menangislah dia keras-keras. Dia merasa sangat takut, sebab sewaktu-waktu orang-orang akan melihatnya dan menyerahkan kepada Maharaja Kerajaan Bumi.

Tuan Putri kemudian memanjat sebatang pohon, dia berharap dari sana dia akan bisa terbang kembali ke Bulan. Tapi sayang, usahanya tak pernah berhasil. Setiap kali ia mencoba, setiap kali itu pula ia terjatuh. Dengan kesedihan yang bertambah-tambah dan ketakutan yang maha hebat ia terus mencoba dan selalu gagal.
Karena larut dengan kesedihan dan penyesalan yang luar biasa, makin lama tubuhnya semakin kecil. Ia tidak menyadari kalau tubuhnya mulai ditumbuhi sayap. Lama-lama sempurnalah ia menjadi seekor burung.
Maka setiap bulan purnama tiba ia akan selalu berbunyi sambil mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainya. Ia selalu teringat akan istana cantiknya di Bulan sana. Demikian juga dengan inang pengasuh, ia selalu duduk di bawah pohon beringin raksasa sambil menunggu kedatangan Tuan Putri. Setiap purnama tiba akan terlihat bayangannya dari Bumi.